"Loyalitas ibarat mesin mobil. Kalau loyalitasnya separuh-separuh, maka akan mogok. Kalau tak ada loyalitas maka tidak akan jalan...
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengingatkan prajurit TNI untuk menjaga loyalitas kepada bangsa dan negara saat menyambangi markas Batalyon 467 Korps Pasukan Khas (Paskhas) TNI Angkatan Udara di Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Jumat.
"Loyalitas ibarat mesin mobil. Kalau loyalitasnya separuh-separuh, maka akan mogok. Kalau tak ada loyalitas maka tidak akan jalan. Loyalitas bagi seorang prajurit sangat penting dan nomor satu," katanya saat menyampaikan pengarahan dan pembekalan kepada perwira dan komandan satuan yang bertugas di Korps Paskhas.
Dia juga mengingatkan para prajurit Paskhas untuk melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab dan bekerja profesional sesuai aturan.
"Saya menghayati tugas saya sebagai prajurit. Saya betul-betul mencintai prajurit dan mencintai bangsa dan negara," ujar Ryamizard, yang mengenakan seragam Paskhas lengkap dengan baret jingga.
"Jadi kita cita-cita masuk tentara ini adalah untuk menjadi prajurit profesional. Tugas itu harus dilaksanakan sebaik-baknya. Ini masuk tentara sudah berangan-angan jadi apa...waduh ini rusak... jadi bupati, gubernur, atau menjadi kepala daerah. Kalau diberi jalan ya okelah, tapi jangan minta-minta. Minta-minta itu pengemis, kalau dikasih, Alhamdulilah," kata mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat itu.
Dia juga mengatakan bahwa para prajurit adalah pemimpin, dan sebagai pemimpin prajurit harus menjadi bagian dari penyelesaian masalah, bukan penyebab masalah.
"Pemimpin itu harus pandai merasa, bukan merasa pandai. Merasa pandai itu sombong. Tentara enggak boleh gitu, tentara itu mengayomi dan menjaga persatuan bangsa," katanya.
Dan sebagai TNI yang profesional dan kepribadian, ia melanjutkan, para prajurit harus menjadikan hukum dan peraturan perundang-undangan sebagai panglima tertinggi.
"Yang harus ditaati dan dihormati," demikian Menteri Pertahanan.
Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018