London (ANTARA News) - Kegemaran orang Inggris akan makanan yang menganut paham "healthy option" (pilihan sehat) memberikan inspirasi bagi Rosida Idriss untuk menawarkan udang yang dikelola secara tradisional dari tambak udang di Indonesia. Dalam diskusi yang digelar Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) London, pekan silam, Rosida Idriss mengakui impor udang yang dilakukannya berasal dari udang yang dikelola secara tradisional, tanpa menggunakan pakan buatan, antibiotik dan bebas dari bahan bahan kimia. "Semua itu tidak belum cukup untuk membuka peluang pasar Eropa maupun di Kerajaan Inggris tanpa ditunjang kegiatan marketing yang efektif," ujar ibu dua putra dalam diskusi yang bertema "Menjadi Duta Ekonomi Bangsa" yang menampilkan pembicara dari berbagai kalangan. Guna menunjang kegiatan bisnisnya, Rosida Idriss yang bersuamikan pria Pakistan berkebangsaan Inggeris itu menjelaskan kisah di balik cerita bagaimana asal produk budidaya udang yang di tambak di Indonesia sampai di berbagai supermarket yang tersebar di Inggris. Ia pun menuturkan hal itu kepada koresponden ANTARA News di Inggris dan Eropa, Zeynitta Gibbons. Wanita kelahiran Jember, Jawa Timur yang mengekspor udang Indonesia ke Kerajaan Inggris mengakui bahwa sebagai keluarga petani khususnya agrobisnis, sering mempelajari dunia ekspor termasuk perencanaan produk hingga pemasarannya. Menurut Rosida, bangsa Indonesia sangatlah rendah hati (low profile), sederhana dan berkeinginan untuk maju serta memiliki dasar kebudayaan gotong royong yang mempermudah untuk diajak bekerja sama. Akan tetapi, ia menilai, kurangnya keterbukaan dan komunikasi membuat bangsa Indonesia kurang mengerti akan kemauan pasar dunia. Indonesia memiliki potensi kelautan yang sangat besar, dengan memiliki sekitar 17.508 pulau dan 81.000 km pesisir pantai, membuat Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar atau "The Largest Archipelago State in The World", serta kekayaan hasil produksi laut merupakan potensial ekonomi yang perlu digali untuk peningkatan ekspor Indonesia. "Sumber kekayaan laut Indonesia dapat memberikan sumbangan pada peningkatan pertumbuhan ekonomi di negara kita," ujar lulusan Fakultas Ekonomi Manajemen Universitas Negeri Jember (Unej) di Jawa Timur, dan pernah bekerja di PT Asahimas Flat Glass Surabaya sebagai Stock Control Export Senior. Dalam kegiatan bisnisnya, Rosida Idriss mengaku tidak hanya ingin sebagai pedagang (trader), tetapi juga bisa menembus pasar dunia. Untuk itu dibutuhkan saling membagai pengetahuan dan pemahaman tentang produk,ujar Rosida Idriss, yang banyak berhubungan dengan pengusaha di Inggris dan Eropa yang memiliki motivasi dan visi yang sama.Menurut Rosida Idriss, Indonesia banyak menderita sejak krisis ekonomi yang melanda Asia tahun 1997, juga dengan adanya peraturan European Food Safety Regulation membuat dirinya berpikir secara serius tentang jaminan mutu produk Indonesia. Tujuannya hanya satu adalah membawa nama Indonesia kembali dalam peta dunia, Pada saat saat krisis terjadi, Rosida Idriss berusaha memperkenalkan produk udang Indonesia yang dibudidaya secara tradisional tanpa penggunaan pakan buatan, bahan kimia ataupun antibiotik. Justru udang yang diproduksinya memiliki ketergantungan kepada pohon-pohon bakau di sekitar pantai. Pohon bakau (mangrove) tidak hanya penting untuk menjaga ekosistem tambak dan di laut tetapi juga penting untuk mencegah erosi di pantai dan keselamatan dari bahaya tsunami. Pada dasarnya budidaya udang tradisional berdampak positif pada lingkungan alam sekitar, ini kenyataan yang perlu diperkenalkan pada pasar dunia bahwa Indonesia ternyata banyak memiliki produk dengan kualitas tinggi. Bukan hanya dari segi kelautan Indonesia juga memiliki banyak kekayaan alam lainnya seperti kerajinan tangan yang dapat menunjang perkembangan ekonomi, sehingga sebagai bangsa Indonesia yang ada di Inggris dapat membantu membuka peluang potensial pasar bagi pengusaha Indonesia. Diakuinya, banyak pengusaha Indonesia yang memiliki produk yang berkualitas tinggi dan memiliki kisah atau latar belakang asal produk tersebut yang bagus untuk dikemukakan baik dari segi natural yaitu bahan yang digunakan adalah bahan alami juga dilihat dari segi sosial dan tradisi . Selain itu juga adanya produk yang dikelola oleh masyarakat yang memiliki budaya turun temurun dan juga adanya kisah yang bisa diangkat bahwa banyak produk Indonesia yang sama sekali tidak merusak alam lingkungan dan sebagainya. Di dalam bisnis, Rosida Idriss mengakui bahwa ada lima hal yang perlu diterapkan yang disebutnya dengan TOCCC, yaitu kepercayaan, kepemilikan, komunikasi, komitmen dan kontrol (Trust, Ownership, Commitment, Communication and Control). Menurut Rosida, dalam berusaha memang banyak suka dan dukanya sama seperti dalam kehidupan, banyak pengalaman pahit yang menuntut kesabaran serta keuletan, sehingga yang penting janganlah gampang menyerah, ujarnya.Pengalaman pahit yang pernah dialami Rosida adalah saat pengiriman sampel (contoh) udang dengan pesawat udara yang ditolak karena kekeliruan dokumen ekspor dari pihak prosessor udang Indonesia. Dikatakannya, selain berupaya kerja keras dalam setiap berusaha warga Indonesia juga harus siap merugi. Namun sebaliknya juga bisa belajar banyak dari kekeliruan dan kerugian yang ada, ujarnya. Bercerita mengenai kualitas udang Indonesia yang dibudidaya secara tradisional dan alami itu, Rodisa mengatakan bahwa itu merupakan ciri khas Indonesia atau sebagai warisan (heritage) Indonesia yang perlu dikenalkan kepada dunia. Dalam melakukan kegiatan pemasaran udang, Rosida Idriss mendatangi langsung importir yang ada di Inggris dengan membawa sampel udang yang dikemas beku. "Justru mereka sangat menghargai," ujarnya. Karena bertemu langsung dengan produsen selain melakukan tes rasa maka ia pun bercerita dan saling bertukar dan berbagi pengalaman masuk dalam elemen menciptakan saling percaya (building trust) dan kepemilikan menjadi satu kekuatan dalam mengembangkan usahanya yang dilakoni Rosida sejak tahun 2004. Produk Indonesia memiliki kualitas yang tinggi seperti halnya bahan batik, meskipun India punya, namun Indonesia punya kelebihan karena dibuat dari bahan natural. Hal ini yang harus dikemas menjadi satu prasarana pemasaran yang baik yang bisa membawa produk tersebut memiliki keunikan tersendiri dibanding dengan produk yang sama jenisnya dari negara lain ini masuk dalam elemen Commitment dan Communication, ujarnya. Rosida Idriss mengakui bahwa dalam berusaha kita harus pandai bermain dengan pasar atau yang disebutnya dengan "taking control" karena ia tidak ingin menjual udang yang sama dengan udang dari negara lain yaitu udang dengan "mass productio" yang harganya murah. Justru dengan memasarkan udang dengan konsep jumlah terbatas atau "limited edition" membuat udang yang diimpor Rosida dengan mengusung nama" Exorior" sebagai nama perusahaanya membuat harga udang atau yang disebutnya dengan King Prawn dapat bersaing secara khusus. Dari riset pemasaran udang yang diimpor ke Inggris oleh seafoods industry bernilai sebesar 5,5 miliar Poundsteling dari hasil laporan Atase perdagangan KBRI London total impor seafoods dari Indonesia ke Inggris hanya 62.7 juta dolar AS.Dalam kesempatan itu Rosida Idriss juga mengungkapkan bahwa dari gambaran impor udang masih banyak kesempatan bagi Indonesia untuk memasuki potensi pasar ikan Inggris atau UK fishery market. Menurut Rosida, dalam membangun bisnis udang , ia banyak berdiskusi dan mendapat bantuan Duta Besar Republik Indonesia di London Marty Natalegawa, mantan Atase Perdagangan lalu Achmad Syafri dan pengantinya Husniaty serta Atase Ekonomi Dewa Made Sastrawan yang kini menjabat DCM KBRI London. Rosida Idris memfokuskan pada apa yang diharapkan pasar Inggris terhadap produk udang Indonesia dan digabung dengan kondisi di Indonesia termasuk kendala yang ada yang terus di-cari jalan keluarnya . Untuk itu ia juga selalu melakukan improvisasi dalam pengolahan paska panen dan proses produksi serta sistem dokumentasi dari awal bibit benur udang dibudidaya di pembibitan atau hatchery kemudian dibesarkan di tambak dan akhirnya dipanen yang diproses di pabrik sehingga mudah melacak bila ada hal yang tidak berkenaan. Bekerja sama dengan pihak Departemen Kelautan dan Perikanan di Jakarta, Made L.Nurdjana dan staf DKP di Jakarta, ia berusaha mengadakan pelatihan bagi petambak tradisional untuk mencapai "standard Good Aquaculture Practises (GAP) dan juga "standar Good Manufacturer Practises (GMP) pada bagian produksi. Saat ini Rosida Idriss mempersiapkan diri untuk menghadiri Bali Indo Aquaculture Exhibition yang berlangsung 30 Juli mendatang yang akan dibuka Menteri Kelautan dan Perikanan Freddy Numberi di Sanur Bali. Dikatakannya, pameran yang diperuntukkan bagi seluruh pelaku yang bergerak dalam budidaya tambak dan kelautan di Indonesia akan membahas teknik yang dapat diterapkan oleh para petambak dan nelayan, termasuk perkembangan tehnik budidaya benur ikan dan udang serta budidaya yang saat ini merupakan sumber alam potensial bagi Indonesia untuk memasuki pasaran dunia. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007