Surabaya (ANTARA News) - Riset yang dilakukan Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI) menyebutkan layanan angkutan daring Gojek mampu meningkatkan perekonomian pengemudi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Kota Surabaya.
"Dari hasil riset terhadap 378 mitra pengemudi di Surabaya yang dilakukan pada bulan Oktober-Desember 2017 mengungkapkan bahwa aplikasi Gojek telah meningkatkan produksi jasa di sektor transportasi," kata Kepala LD FEB UI Turro S. Wongkaren PhD pada acara Media Briefing bertema Dampak Gojek terhadap Perekonomian Kota Surabaya di Surabaya, Kamis.
Turro mengatakan dari hasil riset terhadap mitra pengemudi roda dua menunjukkan bahwa aplikasi Gojek berkontribusi sebesar Rp192 miliar per tahun ke dalam perekonomian Surabaya melalui penghasilan pengemudi dan Rp49 miliar per tahun ke dalam perekonomian Surabaya melalui penghasilan Mitra UMKM.
"Gojek juga telah menciptakan kesempatan kerja yang mendukung pemanfaatan bonus demografi dan mengurangi tekanan pada pengangguran terdidik. Mitra pengemudi Gojek juga merasakan adanya peningkatan kesejahteraan yang menjadi roda penggerak pertumbuhan ekonomi nasional," ujarnya.
Dia menjelaskan, untuk mitra UMKM, salah satu layanan di Gojek, Go-Food telah meningkatkan efisiensi dan pangsa pasar UMKM kuliner, serta meningkatkan volume transaksi mitra UMKM setelah menjadi mitra Gojek.
Sebanyak 57.5 persen mitra UMKM Gojek mengalami peningkatan volume transaksi lebih dari 10 persen dan 27.66 persen mitra UMKM mengalami kenaikan klasifikasi omzet. Selain itu, Gojek membuka akses pasar, mendorong penggunaan teknologi dan meningkatkan aset usaha.
Sementara bagi konsumen Gojek, aplikasi ini meningkatkan "consumer welfare" dan tingkat melek digital bagi konsumen yang terdiri dari berbagai lapisan masyarakat. Konsumen menilai layanan aplikasi baik, aman sebesar 96 persen dan nyaman sebesar 99 persen. Hampir semua konsumen merasa puas menggunakan Gojek yakni 99 persen.
Turro mengatakan, sebagai perusahaan yang bergerak di bidang transportasi dan logistik, keberadaan Gojek merupakan bagian dari `disrupting force` di Indonesia.
"Sebagaimana semua `disrupting force`, akan ada pergeseran di dalam konsumsi dan ketenagakerjaan pada masa awal, namun diperkirakan pergeseran-pergeseran tersebut tidak akan berlangsung lama sehingga manfaat netto keberadaan GO-JEK pada perekonomian akan terus meningkat di masa depan," katanya
Penelitian ini sendiri melibatkan lebih dari 7.500 responden di sembilan kota besar yaitu Bali, Balikpapan, Bandung, Jabodetabek, Yogyakarta, Makassar, Medan, Palembang, dan Surabaya. Hasil riset ini ditujukan untuk penyusunan kebijakan. Namun sebelum itu, pihaknya melakukan Forum Group Discusion (FGD).
FGD tersebut tidak sekedar memberi masukan, termasuk memberi tahu beberapa isu. Ada beberapa isu di Gojek yang tak hanya di Gojek tapi juga tranportasi daring yang memang memerlukan perhatian.
"Misalnya antara mengantar barang dan orang itu sangat berbeda. Kalau mengantar barang atau makanan, paling jelek barang atau makanan, jatuh. Kalau ngantar orang yang diperhatikan adalah keamanan penumpang. Itulah perlu lebih diperhatikan," ucapnya.
Baca juga: 4.463 mitra GoJek di Surabaya telah terdaftar BPJS Ketenagakerjaan
Pewarta: Indra Setiawan
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2018