Jakarta (ANTARA News) - Kepala Divisi Teknologi Hasil Ternak Institut Pertanian Bogor, Epi Taufik, mengatakan kebanyakan peternakan sapi perah lokal di Indonesia tidak ekonomis karena hanya bisa memproduksi 10 liter per ekor sapi setiap hari.
"Sebanyak 93 persen produsen susu segar di Indonesia adalah peternakan skala kecil. Karena kondisi kandang dan pakan, seringkali susu yang dihasilkan tidak bisa yang terbaik," kata Epi dalam sebuah lokakarya media di Jakarta, Kamis.
Epi mengatakan 98 persen sapi perah berada di Jawa, yaitu yang terbanyak di Jawa Timur, kemudian Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Sebanyak 70 persen biaya produksi peternakan sapi perah skala kecil itu untuk biaya pakan. Saat ini, rumput semakin sulit didapat dan konsentrat semakin mahal, sementara harga susu relatif tetap.
Padahal, peternakan sapi perah jauh lebih rumit dan berat daripada sapi potong. Itu sebabnya, produksi susu segar lokal masih belum bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri. Sebanyak 80 persen kebutuhan susu masih dipenuhi dari impor.
"Padahal, keberadaan kedai kopi dan susu yang semakin merebak, membuat kebutuhan susu segar meningkat. Peluang peternakan sapi perah sangat besar," katanya.
Epi menjadi salah satu narasumber dalam lokakarya media "Frisian Flag Indonesia Milkversation" yang diadakan Frisian Flag Indonesia di Jakarta.
Selain Epi, narasumber lainnya adalah sejarawan kuliner Universitas Padjadjaran Fadly Rahman dan Anggota Bidang Penelitian dan Pengembangan Gizi Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) Marudut.
Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2018