"Paradigma Wasathiyah (moderat) ini sudah lama ada, sudah ada dalam lintasan sejarah, tapi belakangan ini terabaikan dan ada penilaian pihak lain yang menganggap Islam penyebab hiruk pikuk dan kekacauan dunia," kata Din dalam konferensi pers di Bogor, Jawa Barat, Kamis.
Ia berharap hasil pertemuan ini dapat memberikan pencerahan dan pemahaman tentang wasathiyah Islam ke luar negeri. "Oleh karenanya ini jadi tanggung jawab kita, tanggung jawab pada kesejarahan dan dunia Islam," katanya.
Ketua Panitia Pengarah KTT HLC-WSW Azyumardi Azra Islam menjadi pemersatu penting di Indonesia, yang memiliki beragam etnis, bahasa, dan budaya.
"Menurut saya Islam memiliki kemampuan menyatukan perbedaan dari etnis atau latar belakang yang berbeda," tutur Azyumardi dalam sesi diskusi.
"Jadi saya bertentangan dengan argumen yang menyatakan bahwa Islam adalah faktor pemecah belah di dunia, padahal bisa dilihat di Indonesia ini jadi pemersatu," kata mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah tersebut.
Pertemuan yang dihadiri 100 ulama dan cendekiawan Muslim dari seluruh dunia itu mencetuskan Pesan Bogor, yang mencakup upaya mengaktifkan kembali paradigma Wasathiyah Islam sebagai pusat ajaran Islam, menjunjung tinggi nilai-nilai paradigma Wasathiyah Islam sebagai budaya hidup secara individual dan kolektif, memperkuat tekad untuk membuktikan kepada dunia bahwa umat Islam menggunakan paradigma Wasathiyah Islam dalam semua aspek kehidupan, dan mendorong negara-negara Muslim dan komunitas mengambil inisiatif untuk mempromosikan paradigma Wasathiyah Islam.
Baca juga:
Sepuluh prinsip Islam Wasathiyah
Menanti gaung keadilan untuk Islam dari Bogor
Pewarta: Roy Rosa Bachtiar
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018