Jakarta (ANTARA News) - Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Suprajarto berharap suku bunga acuan atau BI 7-Days Reverse Repo Rate terus ditahan oleh Bank Indonesia kendati Bank Sentral AS The Federal Reserve mengindikasikan akan kembali menaikkan suku bunga acuannya.
"Ya kalau The Fed sudah naik ya kalau BI tidak naik mungkin juga agak sedikit berpengaruh istilah saya. Tapi buat saya itu lebih baik tidak naik karena kalau tidak naik kan paling tidak memberkan sinyal kepercayaan ke publik bahwa fundamental ekonomi kita masih baik," ujar Suprajarto saat jumpa pers di Jakarta, Kamis.
Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada pertengahan April 2018 lalu memutuskan untuk mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate tetap sebesar 4,25 persen, dengan suku bunga penyimpanan dana di BI (Deposit Facility) tetap sebesar 3,5 persen dan penyediaan dana dari BI (Lending Facility) tetap sebesar 5 persen.
Bank sentral menyebut, kebijakan tersebut konsisten dengan upaya menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan di tengah meningkatnya tekanan eksternal.
BI memandang pelonggaran kebijakan moneter yang ditempuh sebelumnya, didukung oleh kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran, masih memadai untuk terus mendorong momentum pemulihan ekonomi domestik.
Ke depan, BI menyatakan tetap fokus dalam menjaga stabilitas perekonomian yang menjadi landasan utama bagi terciptanya pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat dan berkelanjutan. Sejumlah risiko global tetap perlu diwaspadai karena dapat mengganggu perekonomian domestik, seperti peningkatan ketidakpastian pasar keuangan dunia, kenaikan harga minyak, dan kemungkinan berlanjutnya perang dagang AS-Tiongkok.
BI sendiri akan terus mengoptimalkan bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran untuk menjaga keseimbangan antara stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan dengan proses pemulihan ekonomi yang sedang berlangsung.
Terkait pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sendiri, Suprajarto mengatakan sejauh ini dampak depresiasi rupiah belum memengaruhi rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) perseroan.
"Saya pikir tidak, kecuali dolarnya naik terus. Tapi harapan saya dolar tidak naik terus. Kita juga konsolidasi dengan debitur-debitur yang kreditnya valas untuk bagaimana menyikapi AS yang terus naik. Mudah-mudahan tidak sampai Rp14.000," ujar Suprajarto.
Ia menambahkan, BRI akan lebih selektif dalam menyalurkan kredit valas, namun bukan berarti tidak melakukan ekspansi penyaluran kredit valasnya.
"Tentu dong menahan kredit valas, tapi bukan berarti menahan terus tidak ekspansi. Akan dilihat, kalau masih bagus, ya terus diberikan kepada mereka," kata Suprajarto.
Berdasarkan kurs tengah BI, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Kamis ini kembali melemah menjadi Rp13.965 per dolar AS dibandingkan hari sebelumnya Rp13.936 per dolar AS.
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2018