Bogor (ANTARA News) - Seluruh Ulama dan Cendekiawan Muslim Dunia yang menghadiri Konsultasi Tingkat Tinggi tentang Islam Wasathiyah (Islam Moderat) menyepakati dan mendukung poin-poin yang ada di Bogor Message atau Pesan Bogor.
Pesan Bogor merupakan hasil dari KTT Ulama dan Cendekiawan Muslim Dunia di Bogor yang berakhir Kamis ini.
"Seluruh ulama menyetujuinya, dan ada beberapa tambahan yang akan disusun dalam Pesan Bogor," kata Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerja Sama Antaragama dan Peradaban (UKP-DKAAP) Din Syamsudin.
Din menyebutkan Pesan Bogor disusun dengan ringkas tidak seperti pesan-pesan yang lahir dari konferensi semacam KTT Ulama dan Cendekiawan yang diselenggarakan di Bogor.
Ia mengatakan hanya ada tiga butir konsideran (pertimbangan), namun kemudian diletakkan di dalam komitmen yang bersifat praktis. Terutama lewat Poros Wasathiyah Islam Dunia, disepakati untuk didirikan dan berada di Indonesia.
"Ini sejalan dengan pesan Presiden Joko Widodo pada pembukaan, nanti lewat poros ini semua program akan kita rancang termasuk untuk diadakannya pertemuan tahunan," kata Din.
Adapun isi pertimbangan Pesan Bogor tersebut para Cendekiawan Muslim Dunia yang bersidang di KTT Cendekiawan Muslim Dunia tentang Wasathiyah Islam mengakui realitas peradaan modern yang menunjukkan kekacauan global, ketidakpastian dan akumulasi kerusakan global, diperparah oleh kemiskinan, buta huruf, ketidakadilan, diksriminasi, dan berbagai bentuk kekerasan baik di tingkat nasional maupun global.
Percaya pada Islam sebagai agama damai dan rahmat (din al-salam wa al-hadarah) yang prinsip dan ajaran dasarnya mengajarkan cinta, rahmat, harmoni, persatan, kesetaraan, perdamaian, dan kesopanan.
Mengakui bahwa paradigma Wasathiyah Islam, sebagai ajaran utama Islam, telah dipraktekkan dalam perjalanan sejarah sejak era Nabi Muhammad SAW, khalifah yang dibimbing dengan benar (al-Khilafah arRashida), ke periode modern dan kontemporer, di berbagai negara di seluruh dunia, serta menegaskan kembali peran cendekiawan Muslim untuk memastikan dan memeliharan generasi masa depan untuk membangun peradaban Ummatan Wasatan.
Sementara itu isi Pesan Bogor tersebut ada empat, di mana pesan yang pertama yakni mengaktifkan kembali paradigma Wasathiyah Islam sebagai ajaran Islam Pusat yang meliputi tujuh nilai utama.
Tujuh nilai utama tersebut yakni Tawassut, I`tidal, Tasamuh, Shura, Islah, Qudwah, dan Muwatonah.
Pesan kedua yakni menjunjung tinggi nilai-nilai paradigma Wasathiyah Islam sebagai budaya hidup secara individual dan kolektif, dengan melambangkan semangat dan eksemplar dari sejarah peradaban Islam.
Ketiga, memperkuat tekad untuk membuktikan kepada dunia, bahwa umat Islam sedang mengamati paradigma Wasathiyah Islam dalam semua aspek kehidupan.
Keempat, mendorong negara-negara Muslim dan komunitas untuk mengambil inisiatif untuk mempromosikan paradigma Wasathiyah Islam, melalui Fulcrum (poros) of Wasathiyah Islam, dalam rangka membangun Ummatan Wasatan, sebuah masyarakat yang adil, makmur, damai, inklusif, harmonis, berdasarkan pada ajaran Islam dan moralitas.
Pimpinan Dewan Masyarakat Muslim Dunia, Prof Mustafa Cheric menanggapi isi Pesan Bogor sangat penting dan berharga dan tidak hanya dibahas hari ini saja, tetapi ada kelanjutannya di pertemuan lainnya.
Ia memiliki dua usulan tambahan isi Pesan Bogor seperti komitmen bekerja sama seluruh ulama dan cendekiawan Muslim dunia untuk menjadikan KTT seperti ini sebagai investasi penting para ulama.
"Karena kita memiliki generasi muda, oleh karena itu saya rekomendasikan Indonesia mengumumkan kompetisi antara umat muda Muslim untuk melakukan penelitian atau kajian atas tujuh nilai utama Wasathiyah dalam Pesan Bogor ini," katanya.
Charlic juga berpesan bahwa Pesan Bogor tidak hanya ditujukan bagi negara-negara Islam, tetapi juga mengakomodir negara-negara non Muslim, sehingga konsep Wasathiyah Islam, sebagai agama penengah, bisa dipahami secara luas.
Baca juga: KTT Ulama-Cendekiawan ekspor Islam moderat Indonesia
Baca juga: KTT Islam wasathiyah; dari Bogor untuk dunia
Baca juga: Sepuluh prinsip Islam Wasathiyah, antara lain toleran, tidak esktrim
Pewarta: Laily Rahmawati
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2018