Reuters mengutip pakar pertahanan yang menilai manuver ini sebagai isyarat Cina sedang mengancam siapa pun yang mengganggu klaimnya di Kepulauan Spratly.
Greg Poling, pakar Laut Cina Selatan dari lembaga think tank Center for Strategic and International Studies (CSIS) Washington, menilai penggelaran peluru kendali itu sebagai hal penting.
"Ini akan menjadi peluru kendali pertama di Spratlys, entah itu darat ke udara atau antikapal perang," kata dia
Poling menyatakan ini akan menjadi langkah besar dalam upaya Cina mendominasi Laut Cina Selatan yang merupakan rute perdagangan global.
"Sebelum ini, jika Anda salah satu dari yang mengklaim wilayah ini, Anda sudah tahu Cina sedang mengawasi setiap pergerakan Anda. Kini Anda tahu bahwa Anda tengah beroperasi di dalam jangkauan peluru kendali Cina. Itu tegas sekali, implisitnya, ancaman," sambung dia seperti dikutip Reuters
CNBC melaporkan bahwa rudal jelajah antikapal bernama YJ-12B itu bisa membuat Cina menyerang kapal apa pun dalam radius 295 mil laut. Sedangkan peluru kendali darat ke udara jarak jauh HQ-9B bisa membidik pesawat, drone dan peluru kendali musuh dalam radius 160 mil laut.
Baca juga: China pasang rudal jelajah di Laut China Selatan
Pewarta: ANTARA
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2018