Jakarta (ANTARA News) - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan pendidikan Indonesia masih membutuhkan penguatan dalam menggunakan standar HOTS (High Order Thinking Skill) sebagai salah satu standard internasional yang diakui Indonesia.
Usai upacara Hari Pendidikan Nasional di Jakarta, Rabu, Muhadjir mengungkapkan HOTS melibatkan banyak elemen pendidikan, mulai pembenahan konten, metodologi, pembelajaran, guru, kesiapan murid, hingga sarana dan prasana.
"Maka, evaluasi dari UNBK ini akan dilihat secara menyeluruh per wilayah karena Indonesia ini sangat besar. Peserta UNBK pada tahun ini sekitar 28 juta, jadi harus ada tindakan afirmasi dengan diberlakukannya soal berstandar HOTS tersebut," kata Muhadjir.
Menurut dia, soal berstandar HOTS yang diterapkan tahun ini kurang dari 10 persen atau hanya enam sampai delapan soal, agar siswa mengenal standar soal itu.
Baca juga: HOTS bagusnya tak hanya saat ujian tapi dalam pembelajaran keseharian
Pemerintah akan terus menaikkan standar HOTS secara bertahap sampai bobot 25 persen dari seluruh soal.
Agar siswa dapat menjawab soal itu, Kemendikbud akan membenahi kemampuan guru dengan melatih dan membenahi konten pelajaran, terutama Matematika praktis.
"Kalau bisa, kontennya betul-betul sesuai dengan kehidupan sehari-hari siswa. Untuk menerapkan standar ini, memang butuh waktu untuk mengadopsinya," kata Muhadjir.
Standard HOTS digunakan untuk mendorong daya pikir kritis siswa sehingga di dalamnya ada soal yang membutuhkan pemikiran analitis siswa.
"Ada bobot soal yang siswa menjawab dengan argumen saja sudah mendapat nilai meski hasilnya keliru. Memang ini sengaja untuk mendorong budaya kritis siswa. Proses berpikir mereka dapat dilihat dari jawabannya," kata Muhadjir.
Baca juga: Guru-siswa harus belajar metode HOTS
Pewarta: Aubrey Kandelila Fanani
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2018