Jakarta (ANTARA News) - Tak ada satu ayat pun di dalam Al Quran yang memberi pemahaman bahwa Muslim miskin lebih baik, karena ketika meninggal hanya membawa dua lembar kain kafan, kata Sekretaris Menko Kesra Qodry Azizi di depan peserta Musyawarah Nasional (Munas) I Forum Komunikasi Kerjasama Islamic Center se-Indonesia di Jakarta, Rabu.
Munas yang mengambil tempat di Islamic Center Jakarta Utara tersebut berlangsung selama dua hari dan diikuti sekitar 100 peserta dari berbagai daerah di tanah air. Mereka adalah para cendikiawan muslim, kiayi dan para ustadz.
Qodry Azizi yang mantan Irjen Departemen Agama itu memberi pencerahan di hadapan para tokoh Muslim bahwa realitas kehidupan umat Islam kini terpuruk dan banyak terbelit dengan kemiskinan, tak berdaya menghadapi berbagai tantangan globalisasi.
Ia menyebut pemahaman ajaran penyebab miskin antara lain masih ada anggapan di kalangan umat Islam bahwa dunia ini "penjara", tawakal dan taqdir yang dipahami sebagai fatalis. Ungkapan Isnya-llah yang diartikan untuk menghindari tanggung jawab, kekayaan yang diperoleh diidentikan dengan godaan dan masih melekatnya ungkapan sebar, qana`ah dan zuhud yang salah diartikan.
Jadi, mengapa orang Islam miskin. Hal itu ada yang memahaminya sebagai taqdir atau warisan, miskin menjadi kekasih Tuhan, kaya banyak godaan, agama mengajarkan untuk mencintai kaum miskin. Hal itu juga ditunjang dengan kenyataan pada sebagaian umat Muslim yang masih punya kebiasaan malas, tak ada motivasi dan kerap kemiskinan dinilai karena kesalahan pemerintah dan salah memahami ajaran Islam.
Memang, kata Qadry Azizi, kebanyakan orang miskin adalah umat Islam dan berada di negara berkembang. Mereka kurang menghargai prestasi dan tak punya daya saing. Kecuali Timur Tengah, di negara tersebut memang sudah kaya lantaran sumber daya alamnya.
Sesungguhnya, lanjut dia, tak ada satu pun ayat yang menganjurkan miskin. Al Quran mengajarkan untuk baik terhadap orang kurang mampu tidak berarti harus menjadi pengemis. Umat Islam punya amanah untuk memakmurkan bumi, mengelolanya agar tak menjadi miskin. Ibadah shalat dan puasa merupakan ibadah mahdha, yang mengandung pengertian tak lepas dari keduniaan. Ajaran zakat, sadaqah, infaq tak lepas dari kekayaan.
Melihat realitas tersebut, ia mengingatkan para peserta Munas untuk memberikan pemahaman yang tepat bagi umat Islam. Karena itu ia berharap hasil Munas I selain dapat menelorkan pemikiran konstruktif berupa kebijakan yang dapat memberdayakan umat dan terbebas dari kemiskinan. Misalnya memanfaatkan masjid yang selama ini lebih banyak digunakan sebagai tempat ibadah dapat ditingkatkan perannya untuk meningkatkan ekonomi umat.
Pernyataan serupa juga disampaikan Gubernur DKI, Sutiyoso, yang membuka Muinas I Islamic Center se Indodnesia itu. Katanya, ke depan Islamic Center diharapkan dapat menghasilkan pemikiran yang aplikatif sesuai dengan kebutuhan umat. Lewat Munas itu pula diharapkan lahir pemikiran untuk kemajuan umat Islam di tanah air.
Sutiyoso mengaku yakin bahwa para ulama dan kiayi yang hadir dalam Munas tersebut mampu membawa umat Islam ke arah yang lebih maju lagi sehingga umat Islam tak tertinggal dengan negara maju. "Kita harapkan ada pemikiran yang aplikatif," katanya.
(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007