Tanjung Luar, Lotim (ANTARA News) - Dirjen Nilai Seni dan Budaya Kementerian Budaya dan Pariwisata, DR. Muchlis Paini, mengungkapkan larangan penerbangan maskapai Indonesia ke Uni Eropa semata-mata akibat persaingan industri pesawat dunia. "Indonesia menjadi korban persaingan pabrik pesawat yang memproduksi Boeing dan Airbus yang notabene adalah produksi negara-negara Uni Eropa," katanya di sela-sela menghadiri Festival Tradisi Bahari, di Tanjung Luar, Kabupaten Lombok Timur, Rabu. Dikatakannya sebenarnya Uni Eropa ingin menegur maskapai penerbangan Indonesia atas kecenderungan menggunakan pesawat-pesawat Boeing bukan Airbus. Kecenderungan maskapai Indonesia membeli pesawat jenis Boeing seperti yang dilakukan Lion Air dan Adam Air, menyebabkan pabrik pesawat Airbus merasa kalah bersaing. Untuk mengatasi kekalahan dalam persaingan tersebut, pabrik pesawat Airbus yang ada di Uni Eropa melakukan pelarangan penerbangan maskapai Indonesia menerbangi wilayah Negara-Negara Eropa. "Kebijakan Uni Eropa melarang maskapai Indonesia terbang di wilayah udara Uni Eropa semata-mata karena persaingan industri pesawat saja, padahal tidak sedikit maskapai penerbangan Uni Eropa yang menggunakan pesawat Boeing," katanya. Menurut dia, kebijakan negara Uni Eropa melarang pesawat Indonesia terbang ke wilayah mereka dan kini berkembang dengan tidak adanya jaminan asuransi bagi wisatawan Uni Eropa menggunakan maskapai Indonesia, tidak akan efektif. Meskipun larangan dikait-kaitkan oleh negara Uni Eropa untuk tidak menjamin asuransi perjalanan wisatawan menggunakan pesawat nasional di Indonesia, tetapi tidak sedikit warga negara itu yang "membangkang". Karena terbukti dalam kunjungannya ke beberapa daerah seperti ke NTB, NTT dan beberapa daerah lainnya, justru tidak sedikit wisatawan asing tetap mau menaiki pesawat-pesawat domestik Indonesia. Hal itu harus dijadikan pelajaran yang sangat penting dan dengan kejadian itu, hendaknya segenap elemen dalam masyarakat dapat menarik hikmahnya. Industri perusahaan penerbangan di Indonesia harus menjadikan "kasus" ini sebagai pelajaran penting, dan mau mengevaluasi diri dengan melakukan perubahan ke arah perbaikan. Perusahaan penerbangan Indonesia tidak terbiasa dengan "kepastian", coba lihat beberapa kejadian kecelakaan penerbangan yang terjadi selama ini tidak ada kepastiannya. Siapa yang masih ingat kejadian hilangnya pesawat Adam Air dalam penerbangannya ke Manado, kasus kecelakaan pesawat Garuda, maupun Lion Air beberapa bulan yang lalu. Meskipun pembayaran ganti rugi hilangnya Adam Air belum tuntas hingga kini dan banyaknya kejadian kecelakaan pesawat, tetapi masyarakat tampaknya tidak peduli dan telah melupakannya. Hal-hal itu menjadi perhatian masyarakat internasional, karena itu hendaknya maskapai penerbangan dapat lebih memperbaiki kinerja, sehingga larangan penerbangan tidak dijadikan masalah. "Dampak larangan ini sangatlah besar bagi industri kepariwisataan, dan kita harus mengakui hal demikian itu," katanya. (*)
Copyright © ANTARA 2007