Karena itu, jangan ditarik dan minum dari `bunga` lain."
Kualalumpur (ANTARA News) - Perdana Menteri Malaysia Najib Razak pada Selasa berjanji menaikkan upah minimum pada tahun ini, jika menang Pemilihan Umum (Pemilu) Malaysia pada 9 Mei 2018, dan menambah banyak janjinya kepada pemilih di saat menghadapi kebangkitan oposisi.
Mantan pembimbing Najib, Mahathir Mohamad, sekarang memimpin persekutuan oposisi untuk menggulingkan perdana menteri itu dan koalisinya, Barisan Nasional (BN), yang memerintah sejak negara itu memperkemerdekaan dari Inggris pada 1957. Mahathir juga pernah menjadi tokoh sentral BN saat menjabat Perdana Menteri Malaysia pada 1981--2013.
Najib mengatakan pada unjuk rasa Hari Buruh Internasional (May Day) bahwa akan menaikkan upah minimum dari 1.000 ringgit saat ini per bulan di Semenanjung Malaysia dan 920 ringgit di negara bagian timur, Sabah dan Sarawak, jika koalisinya menang dalam Pemilu Malaysia.
"Jadi, jika ingin upah minimum ditingkatkan, Anda tahu yang harus dilakukan. Apakah kita memiliki kesepakatan?" katanya kepada kumpulan 2.000 orang, yang bersorak-sorai di pawai tersebut, seperti dilaporkan Reuters.
Ia juga mengumumkan 200 juta ringgit untuk program pekerja terampil, alokasi tambahan 60 juta ringgit untuk rencana asuransi bagi pekerja yang diberhentikan dan tunjangan kehamilan yang lebih baik untuk pekerja sektor swasta.
Najib mengatakan bahwa ini semua adalah bagian dari upaya pemerintahannya memperbaiki nasib para pekerja negara itu selama sembilan tahun masa jabatannya.
"Jika pemerintah Barisan Nasional adalah bunga, maka para pekerja adalah batangnya. Karena itu, jangan ditarik dan minum dari `bunga` lain," katanya, yang secara terselubung merujuk ke logo bunga dari partai baru Mahathir.
Kampanye resmi dimulai pada Sabtu, dan Najib telah sejak saat itu malang-melintang di negaranya untuk membuka sekolah baru, bertemu pemilih dan menjanjikan bantuan dan manfaat bagi pemilih di sebagian besar daerah pedesaan yang membentuk landasan dukungan untuk koalisi yang berkuasa.
Pemilu ke-14 Malaysia bisa dibilang yang paling sulit dihadapi koalisi Najib untuk tak terkalahkan, selepas menggantikan Abdullah Ahmad Badhawi sejak April 2009. Badhawi menjadi PM Malaysia periode 2003--2009 menggantikan Mahathir Mohamad.
Selain tantangan dari Mahathir yang berusia 92 tahun, Najib juga bergumul dengan skandal multi-miliar dolar Amerika Serikat (AS) pada dana negara 1Malaysia Development Berhad (1MDB) dan kemarahan atas meningkatnya biaya hidup.
Barisan Nasional secara luas diperkirakan mempertahankan kekuasaan, tetapi mayoritas lebih lemah di parlemen 222 kursi dapat membuat Najib terbuka terhadap tantangan kepemimpinan internal.
Pewarta: -
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2018