Jakarta (ANTARA News) - Depkeu mengungkapkan outstanding realisasi pinjaman luar negeri (PLN) pemerintah hingga semester 1/2007 mencapai 59,084 miliar dolar AS, atau 39 persen dari PDB. Dirjen Pengelolaan Utang Depkeu, Rahmat Waluyanto, di Jakarta, Rabu, mengatakan dari saldo awal 2007 sebesar 62,021 miliar dolar AS, pemerintah telah melakukan pencairan pinjaman baru sebesar 631 juta dolar AS, dan pembayaran cicilan pokok 2,596 miliar dolar AS. Sedangkan fluktuasi kurs menyebabkan outstanding utang berkurang 972 juta dolar AS menjadi 59,084 miliar dolar AS. Pencairan pinjaman baru 631 juta dolar AS, jelasnya, berasal dari pencairan pinjaman program sebesar 200 juta dolar AS dari pemerintah Jepang, dan pinjaman proyek sekitar 431 juta dolar AS Selain itu, katanya, pemerintah pada semester 1/2007 telah membayar bunga dan biaya sebesar 846 juta dolar AS, atau 1,43 persen dari outstanding pinjaman luar negeri. Pada 2006, pembayaran bunga dan biaya mencapai 2,280 miliar dolar AS atau 3,68 persen dari outstanding pinjaman luar negeri. "Yang dimaksud biaya adalah `management fee` (ongkos manajemen) , `up-front fee` (ongkos di muka) dan `commitment fee` (ongkos komitmen)," katanya. Dalam kesempatan itu, Rahmat juga mengatakan pemerintah akan mengutamakan pinjaman dari dalam negeri daripada luar negeri, karena aman dari tekanan politis, tidak ada risiko nilai tukar, dan tidak terkena pengaruh kebijakan ekonomi global, meskipun suku bunganya lebih besar dari pinjaman luar negeri. Sementara itu, Sekretaris Utama Bappenas, Syahrial Loetan, mengatakan pinjaman luar negeri tetap akan dilakukan, meski defisit anggaran tidak besar. "Yang akan pemerintah lakukan adalah melakukan pembagian risiko seluas-luasnya," katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2007