Jakarta (ANTARA News) - Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI) 1992 menilai perayaan Hari Buruh Internasional atau May Day tidak harus dilakukan dengan turun ke jalan dan berdemontrasi.

"Saya sebagai Ketua Umum SBSI 1992 meminta kepada seluruh anggota untuk mengadakan diskusi atau rekreasi. Bukan tidak peduli perjuangan dan perkembangan yang ada tapi kami hanya ingin a mbil perbedaan," kata Ketua Umum SBSI 1992 Sunarti di Gedung Dewan Pers Jakarta, Selasa.

Sunarti ingin mengubah pola pikir para buruh untuk tidak selalu turun ke jalan dalam merayakan hari buruh. Diskusi yang membangun, menurut dia, akan lebih bermanfaat ketimbang aksi penuh teriakan.

Ia juga menyoroti Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2018 tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing (TKA) yang banyak disuarakan kaum buruh. namun, ia menilai ada atau tidaknya aturan tidak akan mengubah keadaan tentang membanjirnya TKA di Indonesia.

"Perpres 20 kalaupun dicabut juga pasti akan tumbuh lagi dengan aturan baru. Sebelum adanya Perpres itu juga TKA sudah banyak datang. maka kami ingin sekali duduk bersama dengan pemerintah mengenai hal itu," kata Sunarti.

Guna menghadapi pasar global buruh Indonesia harus mempersiapkan diri sebaik mungkin, sedangkan pemerintah harus terus menghidupkan balai pelatihan kerja untuk meningkatkan kualitas buruh.

"Kita harus bisa menangkal tantangan global soal pasar bebas. Toh TKA mau ditolak juga tetap harus kita hadapi. Jadi mari siapkan diri," pungkasnya.

Baca juga: Wali Kota Tangsel peringati May Day dengan senam bersama buruh

Pewarta: Ade Irma Junida
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2018