Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin sore, bergerak melemah sebesar 37 poin menjadi Rp13.895 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.858 per dolar AS.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Senin mengatakan bahwa dolar AS kembali mengalami apresiasi terhadap sejumlah mata uang dunia, termasuk rupiah ditopang oleh prospek kenaikan suku bunga The Fed dalam pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada 1-2 Mei 2018.
"Dolar AS bergerak stabil di area positif, pekan ini pelaku pasar akan melihat hasil pertemuan kebijakan The Fed," katanya.
Kendati demikian, lanjut dia, apresiasi dolar AS relatif tertahan sehingga tekanan terhadap mata uang negara berkembang, termasuk rupiah tidak tertekan lebih dalam. Sentimen dari yield obligasi Amerika Serikat yang menurun di bawah level psikologis 3 persen menjadi salah satu faktornya.
"Yield obligasi Amerika Serikat yang menurun menahan momentum dolar AS," katanya.
Vice President Research and Analysis Valbury Asia Securities Nico Omer Jonckheere mengatakan bahwa intervensi Bank Indonesia ke pasar keuangan dan membuka opsi kenaikan suku bunga jika diperlukan menenangkan pasar dan meredam depresiasi rupiah lebih dalam.
"Meski demikian BI diperkirakan berhati-hati atas kebijakan kenaikan suku bunga. Optimisme pemerintah terhadap ekonomi nasional diharapkan memberi keyakinan pada investor," katanya.
Baca juga: Presiden Jokowi yakinkan fundamental makro Indonesia baik
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Senin (30/4) mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat ke posisi Rp13.877 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.879 per dolar AS.
Baca juga: Rupiah melemah tipis ke Rp13.867 Senin pagi
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2018