"Keinginan bahasa daerah jadi kurikulum pengajaran, terus diperjuangkan oleh masyarakat tujuannya agar para siswa tidak lupa bahasa daerah mereka sendiri," kata Ketua Dewan Adat Minahasa Tenggara Ronny Gosal Ratahan, Senin
Minahasa Tenggara terdapat tiga sub etnis Minahasa, yakni Pasan, Tonsawang, dan Ponosakan.
Selain itu, kurikulum bahasa daerah, merupakan salah satu upaya kelompok adat untuk melestarikan warisan budaya para leluhur di Minahasa Tenggara.
"Dengan bahasa daerah mereka bisa mempertahankan identitas asli dari budaya," jelasnya.
Ia mengakui, saat ini masyarakat yang menggunakan bahasa daerah secara aktif hanya menyisakan sekitar 25 persen.
"Sekarang tinggal para orang tua yang masih bisa berbahasa daerah. Sedangkan lainnya khususnya para generasi muda sudah kurang berbahasa daerah," katanya.
Ia pun berharap, permintaan dari kelompok-kelompok adat tersebut dapat diterima oleh pemerintah kabupaten (Pemkab).
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Minahasa Tenggara Djelly Waruis mengungkapkan pihaknya akan melakukan kajian agar bahasa daerah menjadi mata pelajaran di sekolah.
"Kami tentunya akan melakukan kajian dengan usulan dari kelompok adat yang ada. Karena kami juga akan mempertimbangkan bahan ajar serta tenaga pengajarnya di sekolah-sekolah," ujar Djelly.
Pewarta: Arthur Ignasius Karinda
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2018