"Kita minta petugas di lapangan bekerja keras agar anak-anak bisa dilakukan imunisasi," kata Nila F Moeloek saat mengunjungi Kabupaten Pandeglang, Minggu.
Kementerian Kesehatan tentu merasa prihatin tingginya anak yang belum diimunisasi atau belum lengkap imunisasinya hingga mencapai 1,7 juta jiwa.
Untuk itu, Kemenkes mengubah konsep imunisasi dasar lengkap menjadi imunisasi rutin lengkap.
Imunisasi rutin lengkap itu terdiri dari imunisasi dasar dan imunisasai lanjutan.
Sebab, imunisasi dasar saja tidak cukup dan diperlukan imunisas lanjutan untuk mempertahankan tingkat kekebalan yang optimal.
Untuk imunisasi dasar lengkap bagi bayi berusia 24 jam diberikan imunisasi Hepatatis B, usia satu bulan BCG dan polio 1, usia dua bulan DPT-HB dan polio 2 dan usia tiga bulan DPT-HB-HIB.
Vaksin Hepatitis B untuk mencegah pengerasan hati yang berujung pada kegagalan fungsi hati dan kanker hati.
Begitu juga imunisasi BCG dapat mencegah penyakit tuberkulosis (Tb).
Sedangkan, vaksin campak untuk mencegah penyakit campak yang dapat mengakibatkan radang paru berat (pneunomonia), diare atau menyerang otak.
"Kami berharap anak-anak yang belum diimunisasi sebanyak 1,7 juta dapat diimunisasi dasar hingga lanjutan sehingga lengkap," katanya menjelaskan.
Menurut dia, pemberian imunisasi dapat menurunkan angka kesakitan, kecacatan, dan kematian.
Dimana pencegahannya mampu melindungi hingga angka tiga juta dari sembilan penyakit menular.
Selama ini, Kemenkes hanya memberikan sembilan jenis vaksin imunisasi antara lain tuberkulosis, difteri, tetanus, meningitis, hepatitis B, polio, dan campak.
"Kami minta Kepala dinas, bupati/walikota dan gubernur dapat menuntaskan imunisasi anak itu," katanya.
Baca juga: Imunisasi paling efektif cegah penyakit Japanese Enchepalitis
Pewarta: Mansyur
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2018