Teater itu dipentaskan dalam acara Wantilan Berdaya Krama Berbudaya dan serangkaian Hari Kartini di Desa Adat Pakraman Buleleng, Sabtu malam (28/4).
Rai Srimben adalah perempuan kelahiran Banjar Bale Agung, Singaraja. Setelah orang tuanya bercerai ia hidup bersama kakeknya. Di masa remaja ia bertemu dengan Raden Soekemi yang pada sekitar tahun 1898 menjadi guru sekolah rakyat di Singaraja. Raden Soekemi jatuh cinta pada pandangan pertama ketika menyaksikan Rai Srimben menari di Pura Desa Bale Agung.
Karena dianggap bertentangan dengan adat, jalinan cinta mereka tak disetujui keluarga besar Bale Agung sampai akhirnya mereka kawin lari. Namun kekuatan cinta mereka tak bisa dihalangi oleh siapa pun. Setelah terjadi dialog panjang, keluarga akhirnya mengerti.
Pasangan Soekemi dan Rai Srimben hidup di rumah kontrakan di Singaraja sampai melahirkan anak pertama. Lalu mereka pindah ke Jawa Timur dan melahirkan Soekarno yang kemudian dikenal sebagai Proklamator sekaligus presiden pertama Indonesia.
Sutradara Kadek Sonia Piscayanti mengatakan kisah teater ini memang menekankan pada kisah hidup Rai Srimben sebagai seorang perempuan kuat yang kemudian menjadi ibu bangsa.
Saat kecil Rai Srimben menderita karena ditinggal orang tua, lalu pernikahannya sempat ditentang keluarga, tapi ia tetap teguh melangkah untuk cinta yang kemudian melahirkan pejuang besar Indonesia bernama Soekarno, katanya.
Sonia menjelaskan Komunitas Mahima sudah beberapa kali mementaskan kisah cinta Rai Srimben dan Raden Soekemi ini. Sempat juga dipentaskan di Museum Bung Karmo di Blitar, Jawa Timur, dan di panggung terbuka Taman Budaya Denpasar dalam acara haul Bung Karno. Namun kali ini kami ingin memberi penekanan pada sosok Rai Srimkben sebagai seorang ibu bangsa, katanya.
Rencananya, teater dengan kisah Rai Srimben ini akan dipentaskan dalam Pesta Kesenian Bali (PKB) 2018 di Taman Budaya Denpasar.
Klian Desa Adat Pakraman Buleleng Nyoman Sutrisna yang juga Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Buleleng mengatakan acara Wantilan Berdaya Krama Berbudaya diselenggarakan setiap bulan di Wantilan Desa Pakraman Buleleng yang bersebelahan dengan Pura Bale Agung. Selain untuk melestarikan seni budaya, acara ini juga dikemas sebagai daya tarik wisata.
"Kebetulan Pura Bale Agung merupakan pura tua di Buleleng dengan arsitektur dan ukiran yang unik. Nanti kawasan wantilan dan pura ini akan menjadi bagian dari city tour Singaraja. Lokasinya juga bersebelahan dengan Puri Buleleng, Gedong Kirtya dan Bale Agung yang menjadi rumah tua ibunda Bung Karno," katanya.
Baca juga: Soekarno punya 200-an lukisan karya Basoeki Abdullah
Pewarta: Gembong Ismadi
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2018