Jakarta (ANTARA News) - Beberapa hari setelah dilakukan upacara penamaan dan penyerahan di galangan kapal Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering (DSME), Okpo, Korea Selatan, kapal selam KRI Ardadedali-404 berangkat menuju Tanah Air hari ini.
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu saat menghadiri acara tersebut pada 25 April 2018 mengatakan masuknya KRI Ardadedali-404 ke jajaran TNI AL sesuai dengan rencana kekuatan pokok minimum (minimum essential force) TNI yang telah ditetapkan dari tiga kapal selam yang dipesan dari Korea Selatan sehingga Indonesia akan memiliki lima kapal selam.
Momentum kebangkitan pertahanan nasional ini, mengembangkan rasa optimistis untuk meningkatkan kemampuan dan kekuatan pertahanan negara di laut.
Pada prinsipnya tidak akan pernah terjadi sebuah pertahanan negara yang kuat tanpa ditopang oleh alutsista yang kuat pula.
Pembelian alat utama sistem pertahanan (alutsista) dari Korea Selatan, dikatakan Menhan, sejalan dengan konsep dan visi pembangunan kemandirian industri pertahanan Indonesia agar ke depan mampu membuat kapal selam sendiri.
Kemampuan dalam industri pertahanan tentunya menjadi salah satu indikator kemajuan suatu bangsa. Untuk itu, pemerintah akan fokus pada pembuatan kapal selam sendiri.
"Kapal kelima, keenam itu kita buat sendiri, masak sampai lima kali tidak bisa buat-buat, kita bukan orang bodoh, banyak orang pintar," ujar Ryamizard Ryacudu.
Kapal selam ketiga kerja sama dengan Korea Selatan dibuat di galangan kapal PT PAL di Surabaya, yakni setelah bagian-bagian kapal selam dikirim dari Korea Selatan, PT PAL menyambung bagian-bagian kapal selam tersebut.
Penyambungan kapal selam yang akan dinamai KRI Alugoro-405 itu sudah berjalan dan ditargetkan diluncurkan pada Juli 2018 untuk selanjutnya diuji dan diserahkan pada awal 2019.
Setelah kapal selam ketiga kerja sama dengan Korea Selatan selesai, Menhan menuturkan diperlukan beberapa kerja sama lagi hingga akhirnya dapat benar-benar membuat kapal selam sendiri.
Baca juga: Bangun kapal selam ternyata tak mudah
Terkait dengan transfer teknologi kepada Indonesia, Direktur Utama DSME Jung Sung Leep mengatakan untuk memperkuat hubungan Tanah Air dan Negeri Ginseng yang telah terjalin baik di berbagai bidang.
Kedua negara telah bekerja sama di berbagai bidang, seperti pesawat dan kapal selam sehingga pihaknya ingin hubungan kedua negara makin kuat ke depan, salah satunya dengan transfer teknologi kapal selam.
Apalagi Indonesia adalah negara pertama yang bekerja sama dengan DSME untuk kapal selam yang membuat perusahaan itu dipertimbangkan sebagai galangan kapal ahli pembuat kapal selam diesel.
Jung menjanjikan kapal selam jenis chongbogo, kelas 209/1400 yang termasuk dalam kapal perang itu dibuat dengan teknologi tinggi dan memiliki kemampuan bawah laut sangat baik untuk menjaga kedaulatan maritim Indonesia.
Menurut dia, Indonesia kini memiliki alutsista paling strategis di dunia untuk memperkuat pertahanan nasional.
Mengemban
Setelah melihat proses pembuatan kapal selam pertama dan kedua, putra putri Indonesia di PT PAL kini mengemban tugas penting membangun kapal selam ketiga.
Komandan Satuan Tugas Proyek Pengadaan Kapal Selam Laksma TNI Iwan Isnurwanto mengatakan PT PAL harus bisa menyelesaikan kapal ketiga sebagaimana kapal pertama dan dua yang telah diselesaikan di DSME.
"Tentunya dengan berbagai permintaan oleh satgas bersama kru berupa modifikasi sesuai dengan kebutuhan operasional kapal," ujar dia.
Kebutuhan operasional, nantinya berhubungan dengan perawatan dan analisisnya, seperti bagaimana penggunaan, perbaikan, dan dihubungkan dengan penggunaan biayanya. Setidaknya, harus bisa menyesuaikan perbaikan dengan kapal pertama dan kedua.
Dengan kemampuan yang ada dari sebelumnya "learning by seeing" dan sedikit "learning by doing", kata Iwan, secara keseluruhan PT PAL harus bisa mengaplikasikan pengetahuannya selama melaksanakan magang di DSME.
Mereka sendiri harus berusaha, walaupun terdapat delapan personel dari DSME yang sebelumnya bekerja di galangan kapal di Korea karena personel DSME tidak aktif untuk membangun selama di PT PAL dan hanya memberikan arahan.
PT PAL harus menjadikan suatu sistem yang nantinya bisa terintegrasi dan bekerja dengan baik.
Baca juga: Korsel klaim samai Rusia soal ekspor kapal selam
Baca juga: Makna nama KRI Ardadedali-404, kapal selam terbaru Indonesia
Untuk galangan kapal, Iwan menilai saat ini bisa untuk mengerjakan kapal selam, tetapi ke depan untuk melakukan hal yang sama, harus ada peningkatan karena tidak semua bisa dilaksanakan seperti sekarang.
"Contoh kita akan membuat frame kapal selam yang lingkaran itu kita harus belajar lagi desain bagaimana dibuat, kemudian kita harus mematangkan diri dan pengetahuan kita dengan cara `learning by doing`," tutur Iwan.
Ia menekankan pentingnya mengantisipasi jangan sampai ada kesalahan-kesalahan, karena pembangunan kapal selam sangat jauh beda dengan pembangunan kapal permukaan.
Pengecekan kapal permukaan hanya di permukaan, apabila gagal masih dapat mengapung, sedangkan kapal selam tidak demikian karena kapal selam begitu ada kedaruratan dapat ke bawah dan tidak naik.
Hal tersebut tentu membahayakan awak kapal sehingga harus dicek dua alam, di dalam air dan di permukaan. Terdapat sedikitnya 55 hal yang harus dilaksanakan untuk mengecek, mulai dari penyelaman, kecepatan, kemampuan, dan ketahanan lama.
Sumber daya manusia tentu penting dalam pembangunan kapal selam. Untuk itu, pelatihan kembali harus dilakukan.
Perekrutan personel yang mampu dan memiliki pengetahuan luas tentang kapal selam pun tidak bisa dilakukan dengan instan karena kemampuan personel tentu berbeda.
Iwan mencontohkan awak kapal selam tidak langsung mengawaki kapal selam, melainkan melihat dulu dari kapal permukaan kemudian harus melalui tes psikologi, dan dilihat kemampuannya.
"Dari pendidikan, pengetahuan, dan pengalaman nanti dia baru mampu," kata dia.
Bersama-sama praktisi berpengalaman pada kapal selam, ia optimistis PT PAL dapat menjalankan tugasnya. Awal tahun depan pun akan terlihat hasil transfer teknologi yang dinanti-nanti ini.
Baca juga: Kebangkitan kapal selam Indonesia
Baca juga: Menhan Ryamizard nyatakan pemerintah fokus pembuatan kapal selam sendiri
Pewarta: Dyah Dwi Astuti
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2018