"Kami punya Dewan Gubernur yang masih akan berjalan efektif," ujarnya.
Bank Sentral, ujar Agus, akan selalu memantau dinamika di pasar keuangan. Agus menekankan tidak ada penundaan waktu untuk pengambilan kebijakan intervensi atau stabilisasi di pasar keuangan, jika nilai tukar rupiah dan indikator stabilitas lainnya tidak sesuai dengan kondisi fundamental perekonomian domestik.
"Sampai pergantian pemimpin dan Pak Perry Warjiyo masuk, semua akan jaga dan transisi ini akan berjalan baik termasuk koordinasi kita dengan pemerintah dan Otoritas Jasa Keuangan," ujar dia.
"BI akan senantiasa menjaga kebijakan moneter dan makroprudensial, dan sistem peredaran uang. Tentunya kita akan tetap jaga stabilitas sistem keuangan Indonesia," tambahnya.
Agus mengatakan saat ini arah kebijakan moneter BI adalah membuka peluang untuk penyesuaian suku bunga acuan 7-Day Reverse Repo Rate jika tekanan terhadap rupiah terus berlanjut serta berpotensi menghambat pencapaian sasaran inflasi dan menganggu stabilitas sistem keuangan.
Pada 24 Mei 2018, Bank Sentral akan memiliki pimpinan baru yakni Perry Warjiyo, mantan Deputi Gubernur BI sejak 2013. Pada bulan kelima itu pula, tekanan terhadap nilai tukar rupiah diperkirakan semakin meningkat karena menjelang kenaikan kedua kalinya suku bunga acuan The Federal Reserve, Juni 2018.
Nilai tukar rupiah selama April 2017, telah melemah hingga 0,88 persen (month to date/mtd). Kurs Refrensi Jakarta Interbank Spot Dollar AS (JISDOR) yang diumumkan BI Jumat ini menunjukkan penguatan rupiah sebanyak 51 poin ke Rp13.879 per dolar AS dari Kamis (26 April) yang sebesar Rp13.930 per dolar AS.
Di pasar antarbank, Jumat pagi ini, nilai rupiah sedikit melemah menjadi Rp13.886 dibanding posisi sebelumnya Rp13.875 per dolar AS.
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018