Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat pagi bergerak melemah sebesar 11 poin menjadi Rp13.886 dibanding posisi sebelumnya Rp13.875 per dolar Amerika Serikat.

"Pergerakan dolar Amerika Serikat kembali mengalami apresiasi terhadap rupiah di tengah masih maraknya sentimen peluang kenaikan suku bunga The Fed," kata Analis Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada, di Jakarta, Jumat.

Ia mengatakan bahwa ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed itu telah meningkatkan imbal hasil obligasi Amerika Serikat yang akhirnya memicu permintaan dolar Amerika Serikat meningkat. Imbal hasil obligasi Amerika Serikat telah melewati batas psikologis pasar di level tiga persen.

Di sisi lain, lanjut dia, permintaan terhadap dolar Amerika Serikat yang meningkat juga disebabkan oleh melebarnya selisih imbal hasil obligasi Amerika Serikat dan obligasi di sejumlah negara, terutama negara berkembang sehingga membuat mata uang negara berkembang cenderung melemah.

Sementara itu, ia mengatakan, upaya pemerintah untuk menenangkan pasar dengan mengatakan pelemahan dolar Amerika Serikat harus bisa dimanfaatkan oleh ekonomi Indonesia dan upaya Kementerian Perindustrian terhadap prioritas pengembangan sejumlah industri tertentu untuk menarik investasi diharapkan dapat menjaga fluktuasi rupiah untuk tidak melemah lebih dalam.

Ekonom Samuel Aset Manajemen, Lana Soelistianingsih, mengatakan, ada kemungkinan sentimen pasar keuangan membaik seiring dengan pernyataan Bank Indonesia yang akan menjaga nilai tukar rupiah.

"Kemungkinan rupiah menuju kisaran antara Rp13.860 hingga Rp13.890 per dolar AS dengan tetap ada penjagaan Bank Indonesia," katanya.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018