Lihat gambar ini waktu ketua umum PKI 1955 kampanye untuk pemilu, DN Aidit pidato, saya ada di bawahnya coba, saya belum lahir saja sudah digitu-gitukan."Jakarta (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo memprotes gambar kampanye Partai Komunis Indonesia pada 1955 yang memuat gambar sosok pria yang mirip dirinya.
"Lihat gambar ini waktu ketua umum PKI 1955 kampanye untuk pemilu, DN Aidit pidato, saya ada di bawahnya coba, saya belum lahir saja sudah digitu-gitukan," kata Presiden Joko Widodo dalam Musyawarah Nasional (Munas) BKPRMI di Asrama Haji Jakarta, Rabu.
Gambar yang dimaksud Presiden memperlihatkan Ketua Umum PKI DN Aidit sedang berpidato di hadapan massa pada kampanye 1955 dan di bawah podium DN Aidit ada sosok dengan kemeja lengan panjang menghadap ke massa yang tubuhnya kurus dan dari samping tampak mirip Presiden Joko Widodo.
"Ini fitnah di media sosial sudah lebih dari empat tahun. Ini menuduh Presiden Jokowi itu PKI coba, saya lahir tahun 1961 PKI dibubarkan tahun 1965, saya baru umur 3,5-4 tahun, masa ada PKI balita? Logikanya gak masuk," ungkap Presiden.
Presiden menilai bahwa foto itu menyatukan wajah dan tubuh dari dua objek yang berbeda.
"Logikanya tidak masuk, lahir saja belum sudah di bawahnya mimbar, tapi memang mukanya beda, badan saya ditaruh di situ. Anak-anak muda sekarang pinter-pinter," tambah Presiden.
Ia juga berharap agar BKPRMI melakukan kegiatan yang membangun ketaqwaan, bukan sebaliknya menyebar fitnah.
"Gambar-gambar seperti ini tidak hanya 1,2,3. Apa masih diteruskan cara-cara seperti ini? Apa basis masjid-masjid yang kita miliki membangun ketaqwaan, akhlak, iman kita dan bukan justru menyodorkan gambar yang tadi seperti saya sampaikan?" ungkap Presiden.
Presiden juga menegaskan agar energi masyarakat jangan sampai terbuang hanya untuk mengurus fitnah, tapi harus difokuskan untuk membangun negara.
"Saya sampaikan kritik silakan beri masukan, saya selalu terbuka, tapi bedakan kritik dengan mencela, kritik dengan fitnah, kritik dengan memaki, itu berbeda, kritik itu berbasis data dan memberikan solusi," kata Presiden.
Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018