Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Rabu, bergerak melemah sebesar 37 poin menjadi Rp13.909 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.872 per dolar AS.
Analis Monex Investindo Futures, Faisyal di Jakarta, Rabu mengatakan bahwa sentimen yang menjadi perhatian pelaku pasar uang adalah kenaikan yield Amerika Serikat bertenor 10 tahun yang telah melewati level 3 persen untuk pertama kalinya sejak 2014, kondisi itu membuka potensi adanya kenaikan suku bunga AS dalam waktu dekat.
"Selain yield obligasi yang tinggi, menguatnya dolar AS juga karena data ekonomi Amerika Serikat yang optimis," katanya.
Ia mengemukakan bahwa salah satu data ekonomi yang muncul yakni Indeks Kepercayaan Konsumen AS selama April meningkat ke level 128.7, naik dibandingkan bulan sebelumnya.
"Penilaian konsumen AS saat ini membaik, dengan begitu maka kondisi bisnis dan pasar tenaga kerja cukup menguntungkan," katanya.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menambahkan bahwa pelemahan rupiah juga sejalan dengan mata uang di negara berkembang. Dengan meningkatnya imbal hasil obligasi AS dan prospek suku bunga AS yang lebih tinggi maka dolar AS menjadi perhatian pelaku pasar.
"Rupiah bersama dengan mata uang emerging market mengalami tekanan karena faktor itu," katanya.
Kendati demikian, lanjut dia, adanya intervensi dari Bank Indonesia akan menahan tekanan rupiah lebih dalam. Bank Indonesia akan menjaga fluktuasi nilai tukar sesuai dengan fundamentalnya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Rabu (25/4) mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat ke posisi Rp13.888 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.900 per dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018