Jakarta (ANTARA News) - Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Sri Ilham Lubis mengatakan terdapat tiga hal terkait Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk jamaah haji Indonesia selama di Arab Saudi.
SPM itu mencakup layanan akomodasi, konsumsi dan transportasi darat sebagaimana tertuang dalam keputusan Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah.
"Keputusan ini menjadi acuan bagi tim Ditjen PHU dalam memberikan pelayanan kepada jamaah haji Indonesia selama di Arab Saudi," kata Sri dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Rabu.
Dia mengatakan SPM akomodasi mengatur mulai dari persyaratan wilayah akomodasi, misalnya jarak tempuh di Makkah maksimal 4.500 meter dari Masjidil Haram dan di Madinah maksimal 1.500 meter dari Masjid Nabawi.
"Untuk kualitas akomodasi, bangunan harus baik dan layak, lift memadai serta tersedia tempat makan. Khusus di Makkah, harus ada mushalla," kata dia.
Dia mengatakan penyedia akomodasi harus menyediakan sejumlah layanan, antara lain petugas pembawa koper jamaah (tahmil dan tanzil) sampai lantai kamar, air minum satu liter per hari per anggota jamaah, mesin cuci serta petugas kebersihan dan keamanan.
"Khusus di Madinah, disiapkan juga layanan ziarah," kata dia.
Dia mengatakan untuk SPM konsumsi jamaah haji Indonesia akan menerima 40 kali makan selama di Makkah, berupa makan siang dan malam. Konsumsi itu terdiri atas nasi, lauk, sayur, buah dan air mineral.
"Selama di Madinah, jamaah mendapat 18 kali makan. Di Jeddah satu kali makan. Sedang di Armina, lima belas kali makan ditambah satu kali paket konsumsi di Muzdalifah," katanya.
SPM transportasi darat, kata dia, mencakup transportasi Makkah, antarkota perhajian dan transportasi Armina.
Transportasi Makkah diberikan kepada jamaah yang menempati hotel dengan jarak minimal 1.500 merer dari Masjidil Haram. Sarana transportasi berupa bus kota dengan akses tiga pintu.
"Bus yang disiapkan minimal diproduksi tahun 2013 dengan kapasitas maksimal 70 penumpang," katanya.
Tranportasi antarkota perhajian, kata dia, disiapkan untuk menjemput jamaah dari bandara, baik di Madinah maupun Jeddah, untuk diantar menuju hotel. Jenis bus yang digunakan adalah bus antarkota dengan tahun pembuatan minimal 2013 dengan kapasitas maksimal 47 kursi.
Sedangkan untuk transportasi Armina, kata dia, disiapkan untuk mengantar jamaah dari Makkah menuju Arafah, Muzdalifah dan Mina pada saat puncak haji. Bus yang digunakan minimal diproduksi tahun 2008.
"Transportasi Armina menggunakan sistem taraddudi atau shuttle. Tidak ada biaya yang harus dikeluarkan lagi oleh jamaah untuk semua jenis layanan, baik akomodasi, konsumsi dan transportasi darat ini," kata dia.
Baca juga: Pemerintah-DPR berkomitmen siapkan layanan haji terbaik
Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2018