Yerusalem (ANTARA News) - Israel berencana membebaskan 250 tahanan Palestina pada akhir pekan ini, kata Perdana Menteri Ehud Olmert kepada Presiden Palestina, Mahmud Abbas, dalam pertemuan mereka Senin. "Perdana menteri memberikan penjelasan terbaru kepada Abbas mengenai pembebasan tahanan," kata seorang pejabat tinggi Israel kepada wartawan setelah pertemuan tersebut, yang merupakan pertemuan pertama kedua pemimpin itu sejak pertemuan puncak empat pihak di Mesir pada 25 Juni. "Komite kementerian akan bersidang besok untuk membahas lagi daftar 250 tahanan yang disusun oleh badan keamanan Israel, dan jika itu disetujui, maka tahanan akan dibebaskan pada Jumat kecuali jika ada langkah-langkah hukum atas pembebasan tersebut," kata pejabat itu. Israel telah sepakat membebaskan 250 tahanan Palestina, dari 11.000 lebih yang ditahan di penjara-penjara Israel, sebagai isyarat baik terhadap Abbas setelah pasukan yang setia pada pemimpin moderat Palestina itu dikalahkan oleh pejuang garis keras Hamas di Jalur Gaza. Sebelas dari mereka yang akan dibebaskan itu adalah anak-anak, sementara sisanya orang dewasa yang masih memiliki sisa hukuman paling tidak satu tahun penjara, kata pejabat itu. Orang-orang Palestina itu ditahan atas tuduhan terorisme, namun tidak satu pun dari mereka yang "tangannya bersimbah darah", yang berarti terlibat langsung dalam serangan-serangan yang menewaskan orang Israel. Mayoritas dari mereka yang akan dibebaskan itu, sekitar 85 persen, berasal dari partai Fatah kubu Abbas, sementara sisanya anggota Front Rakyat bagi Pembebasan Palestina (PFLP) dan Front Demokratis bagi Pembebasan Palestina (DFLP). "Semua tahanan itu harus menandatangani sebuah komitmen tidak terlibat dalam teror," kata pejabat itu. Kedua pemimpin tersebut membahas "cara-cara memperkuat kerja sama antara Israel dan Abbas di Tepi Barat," tambah pejabat itu. Olmert juga memperingatkan pemimpin Palestina itu bahwa partai sekular Fatah yang dipimpinnya tidak boleh lagi terlibat dengan Hamas. "Terlibat lagi dengan Hamas berarti menghempaskan upaya-upaya perdamaian saat ini," kata pejabat Israel itu. Pertemuan Senin itu merupakan pertemuan kedua antara kedua pemimpin tersebut sejak Jalur Gaza dikuasai secara paksa pada 15 Juni oleh Hamas, sebuah kelompok pejuang garis keras yang telah berjanji menghancurkan negara Yahudi tersebut, demikian laporan AFP. (*)

Copyright © ANTARA 2007