Jakarta (ANTARA News) - Adakalanya tisu basah atau cairan pembersih tangan menjadi pilihan orang untuk membersihkan noda di tangan. Cuma, ada saatnya benda ini tak bisa membantu menjaga kebersihan tangan. Kapankah itu?

"Saat tangan kita tampak kotor secara kasat mata. Tisu basah tidak cukup. Kalau hanya habis salaman dengan orang lain, bisa. Tetapi saat tangan kotor tidak bisa digunakan (tisu basah)," ujar ahli mikrobiologi klinis dari UKRIDA, Dr. Wani Gunardi, SpMK dalam acara "Indonesia Hygiene Forum" di Jakarta, Senin.

Wani mengatakan cuci tangan maksimal adalah menggunakan air dan sabun untuk membersihkan kotoran, termasuk bakteri dan kuman dari tangan. Agar hasilnya nyata, perilaku ini tentu tak bisa dilakukan sembarangan.

"20-30 detik. Caranya, seluruh tangan harus terusap. Mulai dari telapak tangan, sela-sela jari, kuku juga harus diusap. Lalu punggung tangan, terakhir jempol," papar Ketua Perhimpunan Ahli Mikrobiologi Klinik Indonesia (PAMKI) DKI itu.

Cuci tangan menggunakan sabun telah terbukti menurunkan risiko seseorang terserang sejumlah penyakit seperti diare, influenza, cacingan, infeksi mata dan infeksi kulit.

"Dengan mencuci tangan membantu mencegah berbagai penyakit antara lain diare, ispa. Kalau batuk lalu menutup mulut menggunakan tangan, sementara tangan tidak dicuci, ini bisa menjadi sumber penularan ke orang lain," kata Wani.

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2018