Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Perindustrian tengah berupaya membangun ekosistem inovasi sebagai salah satu langkah strategis dalam mengimplementasikan revolusi industri keempat sesuai peta jalan Making Indonesia 4.0.

Guna mewujudkannya, diperlukan kolaborasi lintas sektor, di antaranya melibatkan pihak pemerintah, akademisi, dan pelaku industri.

“Melalui sinergi triple helix tersebut, diharapkan ultimate goal dari Making Indonesia 4.0, yakni menjadikan Indonesia berada di 10 besar ekonomi terkuat dunia tahun 2030 bisa tercapai,” kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Ngakan Timur Antara melalui keterangannya di Jakarta, Minggu.

Untuk itu, menurut Ngakan, mulai dari pelaksanaan riset, rekayasa engineering, pengajuan paten, sampai pada komersialisasi hasil riset harus dilakukan bersama-sama dengan seluruh pihak yang berkepentingan.

“Kemenperin yang telah ditunjuk oleh Bapak Presiden sebagai leading ministry untuk menyiapkan strategi implementasi Industri 4.0 ini, terus begerak cepat,” ujarnya.

Salah satu kegiatan yang akan dilaksanakan Kemenperin melalui BPPI adalah menggelar talkshow dan forum diskusi dengan mengundang perwakilan dari pihak kementerian dan lembaga terkait, pemerintah daerah, perusahaan dan asosiasi industri, serta akademisi pada Senin (23/4) di Bogor.

“Kami juga menghadirkan para narasumber dari pakar dan penyedia teknologi,” tutur Ngakan.

Ngakan menyebutkan, pakar teknologi digital yang akan hadir yaitu Onno W. Purbo dan Adi Indrayanto. Selain itu, stakeholder teknologi yang telah diundang antara lain BPPT, Microsoft Indonesia, Schneider Indonesia, Indolakto, Unilever, Chandra Asri, Ecogreen Oleochemical, Sritex, Astra Otoparts, Samsung Indonesia serta Evercoss.

“Konsultan global AT Kearney dan McKinsey, juga akan berpartisipasi dalam acara tersebut,” ungkapnya.

Selain talkshow dan forum diskusi, pada kesempatan yang sama, bakal dilaksanakan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara lembaga litbang di bawah BPPI dengan beberapa industri.

Misalnya, Balai Besar Keramik (BBK) dengan PT Sigma Mitra Sejati dan PT Antam Tbk terkait pemanfaatan bone ash sintetis dan cupel, kemudian Balai Riset dan Standardisasi Industri (Baristand Industri) Surabaya dengan PT Hartano Istana Teknologi dan PT Panasonic Gobel Eco Solution Manufacturing Indonesia dalam rangka kerja sama litbang di bidang rancang bangun dan standardisasi peralatan elektronika dan telematika.

Selain itu, Baristand Industri Bandar Lampung dengan PT Tedco Agri Makmur dalam bidang perekayasaan modul sensor berbasis modbus TCP Protokol industri tapioka.

Kemenperin juga menyelenggarakan pameran hasil litbang terkait Industri 4.0 dan menampilkan lima industri yang telah ditetapkan sebagai sektor prioritas dalam implementasi Industri 4.0 pada tahap awal, yaitu industri makanan dan minuman, tekstil, kimia, elektronika, dan otomotif. Selain itu partisipasi dari Balai Besar dan Baristand Industri di bawah BPPI, serta Bandung Techno Park (BTP).

“Implementasi Industri 4.0 akan membawa peluang besar dalam memperbarui kemampuan manufaktur Indonesia dengan memperkuat posisi net export, meningkatkan produktivitas terhadap biaya, dan membangun kemampuan inovasi lokal,” tegas Ngakan.

Maka itu, dalam upaya membangun kemampuan inovasi, diharapkan peran dari lembaga litbang yang ada di seluruh Indonesia termasuk BPPI Kemenperin dapat menjadi penyokong utama terbentuknya ekosistem inovasi yang melahirkan riset-riset berkualitas dan memberi manfaat bagi industri nasional.

“Kesimpulan dan hasil dari talkshow dan forum diskusi, akan menjadi masukan bagi Kemenperin, terutama BPPI dalam menetapkan arah dan program litbang ke depan untuk menyongsong industri 4.0,” pungkasnya.

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018