Jakarta (ANTARA News) - Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan, Agus Susanto, tampil sebagai salah satu pembicara di Seminar Internasional terkait Information and Communication Technology (ICT) yang diselenggarakan International Social Security Association (ISSA) di Kasablanka, Maroko, pada 18-21 April 2018.
Pada seminar yang dihadiri oleh 130 delegasi dari 95 negara dan dibuka oleh Menteri Tenaga Kerja Maroko, Mohammed Yatim, dan Sekretaris Jenderal ISSA, Hans Horst Konkolewsky itu Agus menekankan pentingnya institusi jaminan sosial melakukan transformasi digital untuk penguatan operasional.
Dia mencontohkan, saat ini di Indonesia, BPJS Ketenagakerjaan juga sedang melakukan transformasi teknologi berbasis digital pada sistem teknologi informasi, termasuk seluruh kanal e-services BPJS Ketenagakerjaan juga tengah ditingkatkan kapasitasnya.
"Tujuan peningkatan sistem TI ini adalah agar peserta dan pemangku kepentingan dapat melakukan layanan secara mandiri (self service) untuk berbagai fungsi, mulai dari melihat informasi, pendaftaran peserta baru, mencetak kartu, mengecek saldo, melakukan pembayaran, melakukan pengaduan, mengajukan klaim, bahkan mendaftar antrian," kata Agus.
Dia juga menjelaskan salah satu transformasi yang telah dilakukan adalah penyederhanaan dan otomasi proses bisnis sistem aplikasi perluasan kepesertaan melalui keagenan Perisai (Penggerak Jaminan Sosial Indonesia) dan aplikasi pendaftaran Pekerja Migran Indonesia (PMI).
Seluruhnya diproses diatur dalam sistem secara otomasi tanpa kertas (paperless). Kedua aplikasi tersebut dapat dioperasikan hanya dengan menggunakan smartphone.
Kedepannya BPJS Ketenagakaerjaan juga akan memiliki dua cara pelayanan dengan ragam dan standar layanan yang sama, yaitu pertama dengan cara pelayanan secara fisik sebagaimana yang dilakukan di cabang kami seperti yang berjalan selama ini.
Kedua dengan pelayanan secara digital melalui kanal website dan aplikasi smartphone, yang seluruhnya ditangani secara otomasi, layanan 24 jam, tanpa kertas dan "officeless".
Agus juga menyampaikan bahwa transformasi TI adalah proses yang berkesinambungan, membutuhkan waktu dan komitmen perubahan berbagai pihak.
Dia menekankan hal terpenting dalam melakukan transformasi teknologi adalah komunikasi. Khususnya mengomunikasikan visi dan tujuan pengembangan TI kepada seluruh stakeholder, khususnya seluruh karyawan mulai dari pimpinan hingga pelaksana agar semuanya mempunyai satu visi dan bekerja satu arah untuk mewujudkan tujuan bersama.
Faktor penting lainnya adalah keterlibatan pemimpin untuk mengawal komitmen perubahan.
Pemimpin harus mampu menggunakan teknologi secara efektif serta memahami arah proses transformasi teknologi itu sendiri.
Tujuannya adalah agar solusi layanan yang ditawarkan merupakan solusi yang dibutuhkan saat ini dan juga di masa yang akan datang. Spirit ini tentunya harus dibarengi dengan cara berpikir digital dan perspektif digital
Agus juga menjelaskan bahwa transformasi teknologi digital yang sedang dilakukan BPJS Ketenagakerjaan adalah sebagai tindak lanjut atas reformasi Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang dicanangkan oleh pemerintah Indonesia tahun 2014. Selain itu, transformasi digital juga perlu dilakukan untuk efisiensi biaya dan peningkatan efektifitas pekerjaan.
"Apalagi dengan kondisi geografis Indonesia yang sangat luas serta struktur demografi yang beragam, pemanfaatan teknologi digital sangat penting untuk bisa menjangkau daerah terpencil sehingga seluruh pekerja bisa dengan mudah mendapatkan akses jaminan sosial," demikian Agus.
Pewarta: Erafzon Saptiyulda
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018