Bekasi (ANTARA News) - Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kota Bekasi, Jawa Barat, mengubah desain pembatas pedestrian Jalan KH Noer Alie Kalimalang untuk menyeterilkan fasilitas pejalan kaki dari lalu lalang kendaraan.
"Palangnya masih terlalu pendek. Nanti kita akan ubah agar tidak ada motor yang melintas masuk ke pedestrian," kata Pejabat Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas BMSDA Kota Bekasi Arief Maulana di Bekasi, Minggu.
Menurut dia, palang berupa pipa besi setinggi 60 centimeter yang terpasang di setiap akses masuk pejalan kaki itu belum mampu menghambat laju sepeda motor maupun gerobak pedagang kaki lima (PKL) yang masuk saat terjadi antrean kendaraan di badan Jalan KH Noer Alie Kalimalang, khususnya pada jam sibuk.
Diakui Arief, situasi itu kerap dikeluhkan para pejalan kaki yang merasa terganggu saat berhadapan dengan sepeda motor di pedestrian.
"Situasi ini memang cukup membahayakan pejalan kaki yang mungkin saja terserempet atau tertabrak," katanya.
Menurut Arief, prilaku para pengedara sepeda motor itu tidak bisa dibiarkan, sebab selain berpotensi mengakibatkan kecelakaan, juga bisa merusak material pedestrian.
"Kalau kita biarkan juga akan rusak, nanti kita perbaiki," katanya.
Jalur pedestrian sepanjang lebih kurang 300 meter itu dibangun Dinas BMSDA Kota Bekasi pada 2016 dengan menggunakan alokasi dana hibah Provinsi Jawa Barat senilai Rp15 miliar.
Salah satu pejalan kaki Bima Buana (32) mengaku risih dengan oknum pengendara sepeda motor yang kerap merampas hak pejalan kaki di pedestrian tersebut.
"Saya biasa jalan di pedestrian pukul 18.00 WIB pas pulang kerja. Kebetulan rumah tidak jauh dari tempat saya bekerja. Memang ini mengganggu, ditambah lagi gerobak PKL yang menghalangi laju pejalan kaki," katanya.
Menurut dia, perilaku pengendara roda dua di lajur tersebut sudah terlalu nekat padahal sudah terpasang palang.
"Saya harap jangan ada pembiaran lagi dari pemerintah. Kalau saya pribadi suka tegas kepada pengendara yang `ngeyel` untuk meminta mereka kembali ke jalur kendaraan, tapi sering kali justru konflik," katanya.
Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018