Jakarta (ANTARA News) - Para perempuan ternyata lebih rentan terkena dry eye atau mata kering, ungkap spesialis mata, Dr. Nina Asrini Noor, SpM.
"Perempuan di atas usia 50 tahun, terlebih pasca-menopause, semakin rawan ancaman dry eye. Kadar estrogen yang menurun dan tingkat androgen yang semakin rendah memberi pengaruh pada keseimbangan produksi air mata,” kata dia dalam keterangan persnya, Minggu.
Mata kering terjadi akibat kelainan multifactorial pada lapisan air mata (tear film) yang menimbulkan gejala seperti mata merah, mata mudah lelah dan terasa pegal, gatal pada permukaan mata, rasa terbakar dan perih, mudah silau dan sensitif terhadap cahaya, sampai penglihatan tidak fokus.
“Pada awalnya dry eye terkesan gangguan ringan yang membuat ketidaknyamanan saat beraktivitas sehari-hari. Para penderita merasa cukup bisa mengatasinya dengan obat tetes mata," kata Nina.
Baca juga: Gadget dituding jadi penyebab mata kering di generasi muda
"Namun, lambat laun dry eye bisa menimbulkan ketergantungan pada obat tetes mata, bahkan sampai menurunkan kualitas hidup," imbuh dia yang praktik di RS Mata JEC itu.
Lapisan air mata atau tear film – yang terdiri atas tiga komponen utama: minyak (lipid), air (aqueous) dan lendir (mucin).
Pada mata sehat, produksi tear film berlangsung terus menerus. Di setiap kedipan mata, air mata terdistribusi merata yang berfungsi menjaga permukaan mata tetap terlubrikasi sekaligus melindunginya dari iritan, benda asing dan mikroorganisme.
"Ketika sesorang terkena dry eye, komposisi air mata berubah dan fungsinya terganggu. Penglihatan pun bisa terpengaruh sebab air mata di permukaan mata berperan penting dalam memfokuskan cahaya," papar Nina.
Sebab terjadinya mata kering
Ada tiga mekanisme terjadinya mata kering, yakni Meibomian Gland Dysfunctional (MGD) atau tersumbatnya kelenjar Meibom yang berperan menghasilkan minyak (lipid).
Lalu, Eaporative Dry Eye (EDE) – peningkatan penguapan air mata akibat ketidakstabilan lapisan minyak (lipid).
Ketiga, Aqueous Deficient Dry Eye (ADDE) - penurunan produksi komponen aqueous karena penyakit autoimmune seperti- Sjogren Syndrome, Lupus, dan Rheumatoid Arthritis.
“Di antara ketiga mekanisme tersebut, MGD menjadi penyebab tersering dry eye. Persentase kejadian MGD pada orang Asia lebih besar dibandingkan populasi lainnya yakni 46-70%. Ini dipengaruhi suhu dan kelembaban lingkungan, juga kualitas udara wilayah Asia yang berbeda dengan kawasan lainnya,” papar Nina.
Selaitu itu, ada faktor eksternal yang bisa menyebabkan mata kering yakni lingkungan berpolusi termasuk asap rokok, lingkungan kering seperti ruangan ber-AC atau terlalu lama menatap televisi, komputer dan ponsel.
Baca juga: Jangan lupa istirahatkan mata 20 menit dari layar, ini alasannya
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2018