Ketua FJPI Papua Yuliana Lantipo ketika ditemui di Kota Jayapura, Sabtu, bersama sejumlah pengurus yakni Cornelia Mudumi, Mega Batkorumbawa, Nunung Kusmiati, Katarina dan Nety mengaku memilih "hutan perempuan" untuk dikunjungi guna memaknai Hari Kartini.
Hutan tersebut merupakan tempat mencari `bia` atau kerang bagi kaum hawa dari Kampung Enggros.
"Pada momentum ini, bertepatan dengan HUT RA Kartini, kami dari FJIP Papua ingin melihat lebih dekat bagaimana kaum perempuan atau mama-mama dari Kampung Enggros mencari bia di hutan perempuan," katanya.
Menurut dia, hingga kini hutan tersebut terus dijaga dan menjadi tempat yang sangat privasi bagi kehidupan kaum perempuan setempat.
Kaum pria dilarang memasuki kawasan hutan tersebut, ketika kaum perempuan sedang beraktivitas.
Jika dilanggar, maka akan berkonsekuensi pada denda adat berupa manik-manik bernilai puluhan juta, hingga hukuman mati.
"Yang kami dengar hutan perempuan ini dijaga oleh warga Kampung Enggros secara turun temurun, disini kami bisa melihat kegigihan kaum perempuan bagaimana mencari bia," kata Yuliana.
Salah satu warga Kampung Enggros, Mama Merauje (62) mengatakan dalam bahasa lokal setempat, hutan perempuan disebut `Tonotwiyat` yang memiliki luas 8 hektar dan terletak tepat di depan kampung tertua di Port Numbay, julukan bagi Kota Jayapura.
Untuk bisa tiba di hutan itu, kata dia, hanya bisa dilakukan dengan menumpangi perahu cepat atau kole-kole, sebutan untuk perahu kayu.
Letak Tonotwiyat dikelilingi hutan bakau dan menjadi tempat bagi perempuan Kampung Enggros untuk mencari bia atau kerang.
Pewarta: Alfian Rumagit
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018