Manila (ANTARA News) - Militer Filipina memperingatkan dimungkinkannya melancarkan "perang menggunakan semua kekuatan" terhadap gerilyawan Muslim yang tidak menyerahkan orang-orang di belakang serangan pekan lalu, di mana 14 marinir tewas dan 10 orang kemudian dipancung. Panglima militer negeri itu, Hermogenes Esperon, mengatakan bahwa pasukan di lapangan telah diberitahu untuk menahan diri, tapi "satu perang dengan menggunakan semua kekuatan" untuk menumpas para anggota Front Pembebasan Islam Moro (MILF) yang berada di belakang serangan pekan lalu tetap menjadi opsi. "Mereka mengaku bahwa serangan itu dilakukan oleh mereka jadi mereka kini harus menyerahkan para pelaku. Saya maksudkan adalah mereka yang memancung Marinir kita," kata Esperon kepada wartawan ketika mengunjungi mereka yang menjaga tentara-tentara yang dibunuh itu. "Jika tidak, semua pilihan terbuka," kata Esperon, menyinggung satu operasi besar-besaran terhadap gerilyawan MILF di pulau Basilan, di mana para personil Marinir itu tewas pekan lalu ketika mereka berusaha mencari pastor Italia yang diculik Giancarlo Bossi. "Perang dengan menggunakan segala kekuatan adalah salah satu pilihan, tapi itu merupakan pilihan terakhir," katanya. Esperon mengatakan pasukan telah mengincer daerah umum di mana Bossi, 57 tahun ditahan dan hampir menyelamatkan dia. Ia menolak merinci lebih jauh agar tidak membahayakan operasi itu. Bossi diculik oleh pria-pria bersenjata berat dekat gerejanya di semenanjung Zamboanga pada 10 Juni, MILF membantah terlibat dalam penculikkan itu, tapi militer mengatakan Bossi terlihat di satu daerah yang dikuasai kelompok itu di Basilan. Presiden Filiina Gloria Macapagal Arroyo pekan lalu memerintahkan pasukan untuk menangkap para penyerang dan mengatakan jika MILF terlibat mereka harus menyerahkan para pelakunya. Akan tapi, ia mengatakan perundingan-perundingan perdamaian dengan MILF yang memiliki anggota 12.000 orang akan dilanjutkan kendatipun musibah itu. MILF menuduh pasukan menghasut aksi kekerasan pekan lalu dan mengatakan, Marinir memasuki daerah mereka tanpa meberitahu terlebih dulu sebagaiamana ditetapkan dalam satu perjanjian gencatan senjata, yang memaksa mereka menyerang, demikian laporan AFP. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007