"Pada triwulan I 2018, ekspor karet 127.383 metrik ton dari periode sama 2017 sebanyak 113.969 metrik ton," ujar Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut Edy Irwansyah di Medan, Sabtu.
"Ada penurunan ekspor 10,80 persen di triwulan I 2018, " ujarnya.
Menurut dia, penurunan volume ekspor sudah terjadi sejak awal tahun dan diperkirakan masih berlanjut.
Prediksi penurunan karena masih ada program pembatasan ekspor secara nasional mengikuti kesepakatan International Tripartite Rubber Council (ITRC).
ITRC menyepakati kebijakan Agreed Export Tonnage Scheme (AETS) atau pembatasan ekspor untuk menjaga dan mendorong volume ekspor.
Edy mengatakan, sesuai keputusan Menteri Perdagangan, pada Januari-Maret 2018, Indonesia hanya akan mengekspor karet dengan jumlah maksimal sebanyak 716.869 ton.
Dari 716.869 ton itu, untuk di Januari ekspor maksimal sebesar 223.872 ton, Februari 221.023 ton, dan Maret 272.966 ton.
Penurunan ekspor dikhawatirkan bertambah besar kalau harga ekspor rendah atau di bawah 1,4 dolar AS per kg.
Harga ekspor SIR 20 di awal 2018 masih sekitar 1,46 dolar AS per kg dari rata-rata harga tahunan di 2017 sebesar 1,65 dolar AS.
Edy menjelaskan, kalau harga ekspor karet di bawah 1,4 dolar AS per kg tidak menggairahkan eksportir dan petani.
Pewarta: Evalisa Siregar
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018