Pekanbaru (ANTARA News) - Yayasan Arsari Djojohadikusumo (YAD) akan meneliti penyimpangan perilaku harimau Sumatera liar bernama Bonita, yang kini berhasil ditangkap setelah proses perburuan tim gabungan selama empat bulan terakhir di daerah Pelangiran, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau.
"Ini (alasan) kenapa kami kirimkan surat kepada Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan supaya bisa merehabilitasi Bonita karena ada perubahan perilaku. Ini kesempatan untuk diteliti lebih lanjut," kata Direktur Eksekutif YAD, Catrini Pratihari Kubontubuh, pada jumpa pers penangkapan Bonita di Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Pekanbaru, Sabtu.
Tim gabungan berhasil menangkap Bonita pada Jumat (20/4). YAD ikut dalam tim gabungan yang dibentuk BBKSDA Riau untuk menangkap Bonita, harimau Sumatera (panthera tigris sumatrae) yang telah menewaskan dua warga di Pelangiran, Kabupaten Indragiri Hilir.
"Dalam tim tersebut, kami menerjunkan dua dokter hewan andalan kami," katanya.
Harimau betina yang diperkirakan berusia empat tahun itu, kini dalam proses evakuasi menuju Pusat Rehabilitasi Satwa Harimau Sumatera (PR-HSD) di Dharmasraya, Provinsi Sumatera Barat. Fasilitas milik YAD tersebut didesain sebagai pusat penyelamatan, rehabilitasi dan lepas liar harimau Sumatera dan satwa endemik Sumatera lainnya.
Menurut Catrini, selama proses evakuasi Bonita menunjukan perilaku yang berbeda dengan spesies sejenis pada umumnya. Satwa terancam punah itu sangat tenang dan hanya sekali mengaum pelan selama diperjalanan.
"Kami baru pertama ini, dalam kasus Bonita, saat translokasi harimau sumatera tidak banyak mengaum. Bonita hanya sekali mengaum dan tidak keras, padahal biasanya mengaum ketika diberi senter ke arah mata," katanya.
"Bonita terlihat asyik jilat-jilati kakinya, seperti merasa nyaman. Mungkin ini bagian dari perubahan perilaku," lanjut Catrini.
Baca juga: Harimau Bonita dievakuasi ke Dharmasaraya
Baca juga: Tim berhasil tembak bius harimau Sumatera Bonita
Bonita selama ini juga kerap keluar pada siang hari, berbeda dengan spesiesnya yang lebih suka keluar pada saat hari gelap. Selain itu, Bonita juga tidak takut ketika berpapasan langsung dengan manusia.
Riset terhadap perubahan perilaku harimau Sumatera ini akan sangat penting bagi ilmu pengetahuan, karena riset seperti itu belum pernah dilakukan di Indonesia. Menurut dia, riset terhadap perilaku harimau baru dilakukan di Rusia dan India.
"Hasilnya (riset) akan jadi sumbangan besar bagi Indonesia dan dunia," katanya.
Ia menambahkan, kini PR-HSD YAD juga sedang merehabilitasi seekor harimau Sumatera yang sebelumnya ditangkap di Agam, Provinsi Sumatera Barat.
Pewarta: FB Anggoro
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2018