New York (ANTARA News) - Tiga indeks utama Wall Street melemah pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), karena investor khawatir tentang lonjakan imbal hasil atau "yield" obligasi AS, dengan saham-saham teknologi memimpin penurunan di tengah kegelisahan tentang laporan laba mendatang dan permintaan iPhone.
Indeks teknologi adalah penyeret terbesar pada S&P 500 dengan penurunan 1,5 persen, setelah mencatat kerugian tiga hari berturut-turut menjelang pekan pelaporan laba penting untuk sektor ini.
"Masih ada kekhawatiran tentang suku bunga dan potensi dampaknya terhadap ekuitas. Ada juga sedikit kurangnya momentum dalam periode pelaporan laba ini," kata Rick Meckler, presiden perusahaan investasi LibertyView Capital Management di Jersey City, New Jersey.
"Bukan laba yang tidak cukup baik, tetapi perkiraan perusahaan sering tidak cukup kuat untuk membuat pasar terus meningkat," katanya.
Indeks Dow Jones Industrial Average turun 201,95 poin atau 0,82 persen, menjadi ditutup di 24.462,94 poin.Indeks S&P 500 kehilangan 22,99 poin atau 0,85 persen menjadi berakhir di 2.670,14 poin. Indeks Komposit Nasdaq ditutup turun 91,93 poin atau 1,27 persen, menjadi 7.146,13 poin.
Meskipun pada perdagangan Jumat (20/4) mencatat penurunan, S&P 500 bertambah 0,5 persen untuk minggu ini, menunjukkan kenaikan mingguan keduanya berturut-turut.
Para investor ekuitas gelisah karena imbal hasil obligasi 10-tahun pemerintah AS mencapai level tertinggi sejak Januari 2014, karena aksi jual obligasi berlanjut untuk hari kedua, mendorong kurva imbal hasil lebih curam setelah dua minggu mendatar.
Ketika imbal hasil tinggi, investor menyukai obligasi atas ekuitas-ekuitas termasuk sektor-sektor seperti barang kebutuhan pokok dan real estat, yang menjanjikan dividen tinggi dan pertumbuhan yang lambat serta dapat diprediksi.
Tetapi suku bunga yang tinggi dapat meningkatkan laba bank sehingga sektor keuangan berhasil menunjukkan keuntungan 0,05 persen, menjadikannya sebagai pemain terbaik dari 11 sektor industri S&P.
Sektor kebutuhan pokok konsumen mencatat persentase penurunan terbesar 1,7 persen, dipimpin oleh PepsiCo.
"Kami melihat tindak lanjut dari aksi kemarin ketika kuncinya adalah pelemahan di kebutuhan pokok konsumen. Kami datang ke musim laba ini dengan harapan yang sangat optimis dan kami melihat beberapa masalah mendasar di perusahaan-perusahaan ini," kata Michael O?Rourke, kepala strategi pasar di JonesTrading di Greenwich, Connecticut.
Procter & Gamble turun 2,9 persen di atas penurunan 4,2 persen sehari sebelumnya, ketika mengatakan persediaan pengecer itu menyusut dan biaya yang lebih tinggi menekan marginnya.
Philip Morris International juga mengalami penurunan hari kedua karena volume pengiriman yang lemah dalam laporan kuartalannya.
Apple turun 4,1 persen, membuatnya menjadi penyeret terbesar pada indeks utama, setelah Morgan Stanley memperkirakan permintaan yang lemah untuk iPhone terbaru, sehari setelah Taiwan Semiconductor meningkatkan kekhawatiran penjualan smartphone yang lebih lemah.
Alphabet, Facebook, Intel dan Microsoft adalah beberapa di antara perusahaan teknologi besar yang akan melaporkan kinerja keuangan kuartalan mereka minggu depan.
Perusahaan-perusahaan S&P 500 diperkirakan akan melaporkan keuntungan laba kuartal pertama terkuat mereka dalam tujuh tahun. Dari 87 perusahaan yang telah melaporkan labanya sejauh ini, 79,3 persen telah melampaui ekspektasi laba, menurut Thomson Reuters I/B/E/S.
Baca juga: Wall Street turun di tengah laporan laba dan data ekonomi
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2018