Surabaya (ANTARA News) - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini meluncurkan program Merdeka dari Sampah (MDS) 2018 sebagai upaya mengurangi sampah plastik yang selama ini tidak mudah terurai.
"Coba bayangkan kalau semuanya pakai plastik, lama kelamaan kita akan hidup di atas plastik. Makanya, tema kali ini saya kira sudah tema internasional karena sudah sepakat untuk mengurangi sampah plastik," kata Risma seusai meluncurkan program MDS 2018 di Pemkot Surabaya, Jumat.
Risma menilai tema Merdeka dari Sampah tahun ini bertaraf internasional sebab semua negara di dunia sudah sepakat untuk mengurangi sampah plastik.
Apalagi, lanjut dia, sampah plastik itu merupakan sampah yang tidak mudah terurai dan membutuhkan waktu ratusan tahun untuk mengurai sampah plastik itu.
Menurut Risma, semakin lama semakin banyak sampah plastik. Bahkan, ia sempat menemukan saluran di Dharmawangsa tertutup sampah plastik seperti botol-botol air mineral saat hujan deras sehingga menggenangi kawasan itu.
"Sebenarnya saya sangat mudah untuk membersihkannya, tapi itu kan menimbulkan genangan. Saya juga heran kenapa harus buang sampah di saluran, kenapa tidak mau sebentar saja membuang sampah itu di tempatnya," ujarnya.
Oleh karena itu, mantan Kepala Dinas Kebersihan Kota Surabaya itu meminta kepada semua pihak untuk bersama-sama mengurangi sampah plastik ini.
Bahkan, ia meminta kepada kader lingkungan yang tersebar di Kota Surabaya untuk masuk ke sekolah-sekolah dalam mengurangi sampah plastik jajan anak-anak sekolah.
"Ayo kita nanti lihat sama-sama, bagaimana supaya bisa dikurangi. Mungkin salah satu solusinya setiap anak harus bawa gelas dan piring sendiri ke sekolah, sehingga ketika jajan tidak lagi menggunakan plastik," katanya.
Risma juga menjelaskan bahwa Kota Surabaya itu tidak mempunyai tambang emas, tambang minyak dan pemandangan yang sangat bagus. Namun, kata dia, Surabaya punya warga yang sangat luar biasa untuk bersama-sama menjaga kebersihan dan mengangkat Surabaya ke tingkat dunia.
"Hal ini penting karena apabila kita tidak sama-sama menjaga lingkungan Surabaya, maka tidak ada lagi yang akan berkunjung ke Surabaya, sehingga kota ini akan ditinggalkan. Kalau kota ini ditinggalkan, maka anak cucu kita akan kesulitan mencari kerja dan mencari uang," ujarnya.
Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018