Jakarta (ANTARA News) - Pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA mengatakan, Gubernur NTB Tuan Guru Haji (TGH) Zainul Majdi mengambil posisi yang bagus dalam peta politik Indonesia saat ini.
"Ia tokoh yang membawa gagasan. Ada program yang ia tawarkan. Dari survei LSI, program kuatkan ekonomi umat itu disukai oleh lebih 70 persen penduduk," katanya di Jakarta, Jumat.
Denny menambahkan, TGH Zainul Majdi tidak terkesan ekstrem, karena ia menggandengkan gagasan ekonomi umat dengan mensejahterahkan wong cilik dan membudayakan Pancasila. Minoritas akan merasa dilindungi.
Sebelumnya, TGH Zainul Majdi menegaskan, Indonesia tidak dibangun oleh para pendiri bangsa untuk bubar tahun 2030, namun memang semua pihak harus lebih peduli untuk membudayakan Pancasila dan mensejahterakan "wong cilik".
TGH Zainul Majdi mengatakan hal itu saat diminta merespon pandangan soal isu yang dihembuskan dari luar negeri: Indonesia akan bubar di tahun 2030.
"Inshaa Allah, saya kerahkan segala daya untuk bersama memperkuat ekonomi umat. Namun perjuangan itu kita lakukan bersama dengan upaya mensejahterahkan wong cilik dan membudayakan Pancasila," katanya.
Berdasarkan data BPS: ketimpangan ekonomi di Indonesia semakin tinggi. Jika kita bandingkan ketimbangan hari ini dibandingkan 20 tahun lalu, mayoritas wong cilik semakin tertinggal. Diantara wong cilik itu tentu saja 87 persen adalah umat Muslim.
Kementerian Koordinator Perekonomian saat ini memang sedang mencanangkan kemitraan ekonomi umat. Tapi persoalan ekonomi umat terlalu besar jika hanya diserahkan kepada Kemenko Perekonomian.
"Dengan mengucapkan Bismilahi Rohmani Rohim, Saya TGH Zainul Majdi siap ikut berjuang kuatkan ekonomi umat. Saatnya ekonomi umat lebih diperhatikan. Jika tidak, isu ketidakadilan ekonomi akan sensitif untuk ledakan sosial," kata Zainul Majdi.
Dia menegaskan, jika tiga program itu berjalan yaitu kuatkan ekonomi umat, sejahterahkan rakyat kecil, dan budayakan Pancasila, maka Insha Allah, Indonesia tidak bubar. Sebaliknya Indonesia justru semakin perkasa.
Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018