Menurut dia, Rasulullah Muhammad SAW mengajarkan dan mencontohkan secara gamblang bagaimana memperlakukan umat, Muslim dan non-Muslim, ketika memimpin Madinah.
"Seluruh masyarakat Madinah diayomi oleh Nabi Muhammad dengan tidak membedakan antara yang mukmin, yang munafik, yang kafir," kata Syafii Mufid di Jakarta, Kamis, dikutip dari siaran pers.
Selain berdakwah mengesakan Tuhan, kata direktur Indonesia Institute for Society Empowerment (INSEP) ini, Nabi Muhammad juga mendakwahkan budi pekerti yang luhur.
Rasulullah, kata Syafii Mufid, juga menenteramkan. Kalau ada satu suku diserang oleh suku yang lain atau ada sebuah komunitas yang direndahkan oleh komunitas yang lain maka muslimin yang dipimpin oleh Nabi Muhammad dapat memberikan pengayoman kepada mereka.
Nabi Muhammad juga berperang, katanya. Namun, Nabi Muhammad tidak pernah menjadi agresor. Jihad dilakukan untuk membela akhlak mulia, keadilan, dan kesejahteaan.
"Tidak ada agresi, Nabi tidak pernah menyerang sana sini," kata Ketua Forum Komunikasi Umat Beragama Provinsi DKI Jakarta ini.
Menurut dia, umat Islam harus menghayati hikmah perjalanan dakwah Rasulullah SAW yang pada hakikatnya adalah perjalanan damai, ajakan damai, perjuangan damai.
"Itulah Islam, damai tanpa kekerasan, melarang adanya teror dan larangan untuk melakukan hal-hal yang sifatnya radikal," katanya.
Baca juga: Kearifan lokal senjata ampuh tangkal ideologi transnasional
Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2018