Jakarta (ANTARA News) - Harga penawaran saham "secondary offering" (penawaran publik kedua) PT BNI Tbk sekitar Rp2.050 sampai Rp2.700 per saham, lebih tinggi dari harga saham "right issue" (penawaran saham terbatas) sebesar Rp2.025 per saham. "Harga saham `secondary offering` itu mempertimbangkan nilai tukar mata uang yang sudah stabil dan adanya kecenderungan penurunan suku bunga," kata Deputi Meneg BUMN, Mahmuddin Yasin dalam acara paparan publik di Jakarta, Senin. Bank BNI melakukan penawaran umum saham yang kedua kalinya (go public lagi) dengan melepas saham sebanyak 3,475 miliar saham. Jumlah tersebut terdiri dari 1,5 miliar saham milik pemerintah dan 1,974 miliar saham milik pemerintah hasil pelaksanaan "right issue". Selain itu pada saat bersamaan BNI juga melakukan penawaran umum saham terbatas (right issue) sebanyak 1,99 miliar saham dengan harga Rp2.025 per saham dan rasio 20 : 3 atau pemegang 20 saham lama berhak membeli 3 saham baru. Sementara itu Dirut BNI, Sigit Pramono mengatakan dana hasil "right issue" tersebut akan dipergunakan untuk memperkuat struktur permodalan dan mengembangkan usaha BNI ke depan. "Diperkirakan BNI akan memperoleh dana `right issue` sebesar Rp 4 triliun," katanya. Sigit mengatakan saat ini komposisi kepemilikan saham BNI 99,11 persen dikuasai pemerintah dan hanya 0,89 persen milik publik. "Dengan aksi korporasi BNI bersama pemerintah, maka kepemilikan saham pemerintah akan berkurang dari 99,11 persen menjadi 73,26 persen," tambahnya. Nilai transaksi secondary offering dan right issue ini, kata Sigit, akan tercatat sebagai transaksi terbesar dalam sejarah bursa saham di Indonesia.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007