Pasien biasanya kalau masuk tidak perlu diburu-buru karena pasien seperti itu kan sensitif dan ini malah dibungkus dengan selimut seperti memakai hijab yang tebal, ini janggal...
Jakarta (ANTARA News) - Dokter RS Medika Permata Hijau Bimanesh Sutarjo menjelaskan beberapa kejanggalan yang dia lihat saat Setya Novanto, yang ketika itu masih menjabat sebagai ketua DPR, dibawa ke rumah sakit tersebut karena mengalami kecelakaan pada 16 November 2017.
"Saat saya menunggu di ruang dokter lantai 3, ada pasien yang dibawa ke ruangan 323 tepat di depan ruangan saya, tapi seperti orang diburu-buru, dikejar-kejar, itu sekitar pukul 18.50 WIB, dibawa dua orang satpam dan satu perawat," kata Bimanesh saat menyampaikan kesaksian di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta, Kamis.
Bimanesh menjadi saksi untuk mantan pengacara Setya Novanto, Fredrich Yunadi, yang didakwa bersama-sama dengan Bimanesh Sutarjo berusaha menghindarkan mantan Ketua DPR Setya Novanto dari pemeriksaan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terkait perkara korupsi dalam pengadaan KTP-Elektronik.
"Saya katakan sama suster yang bersama saya, buat saya janggal, kok lihat ada orang yang masuk dengan brankar wajahnya dibungkus selimut ini. Pasien biasanya kalau masuk tidak perlu diburu-buru karena pasien seperti itu kan sensitif dan ini malah dibungkus dengan selimut seperti memakai hijab yang tebal, ini janggal," jelas Bimanesh.
Setelah Setnov masuk ke ruang perawatan No. 323 di Lantai 3 RS Medika Permata Hijau, Bimanesh mulai memeriksanya ditemani suster Nurul dan suster Indri.
"Ada beberapa cedera lecet di dahi, di pipi sebelah kiri, lecet seperti garis dikeroki di leher dan lengan bawah, saya ukur itu 9 cm, tiga luka itu," ungkap Bimanesh.
Bimanesh mengatakan bahwa ada sedikit benjolan di dahi Setnov saat itu.
"Ada bulat lonjong di kepala, yaitu ketika jaringan lunak tersentuh benda tumpul, jadi ada bekuan darah di bawah kulit tapi itu 1,5 cm saja, itu ringan, bukan pukulan yang hebat. Kulit arinya juga terkelupas dan ada bagian yang membengkak," tambah Bimanesh.
Menurut Bimanesh, saat itu Setnov dalam keadaan sadar. Dia pun lantas mengukur tekanan darah Setnov.
"Saya minta perawat ukur tensi, karena kami kan lihat tanda-tanda vitalnya dulu. Saya periksa tensinya tinggi sekali 180/110. Saya sampaikan ke Pak Setnov, 'Pak ini tensinya tinggi sekali loh Pak, kalau bisa istirahat betul di sini'. Pak Setnov mengangguk saja, karena memang tensinya harus segera diturunkan kalau tidak akan ada risiko tinggi stroke atau serangan jantung," jelas Bimanesh.
Bimanesh mengaku tidak terlalu memikirkan cedera ringan di kepala Setnov, tapi lebih memikirkan masalah hipertensinya yang dapat menyebabkan penyakit stroke, jantung, dan ginjal.
"Denyut jantung 100 per menit, itu termasuk tinggi, normalnya 80, itu tidak normal. Lalu pemeriksaan ada hati, limpa ginjal, hasilnya dalam batas normal, karena di dalam resume medik ada riwayat radang usus buntu kronik, saya raba usus buntu, saya raba tapi tidak apa-apa. Setelah selesai saya keluar, saya pesan ini harus istirahat betul, karena pasien seperti ini banyak yang jenguk," jelas Bimanesh.
Bimanesh bahkan menulis di kertas A4 yang memerintahkan agar pasien istirahat dan tidak bisa menerima tamu malam itu.
Baca juga:
Dokter RS Medika nilai Setya Novanto tidak dalam keadaan darurat
Fredrich minta staf cek fasilitas RS Medika pada hari Setnov kecelakaan
Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018