Jakarta (ANTARA News) - Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Bambang Soesatyo menegaskan proyek-proyek yang melibatkan investasi dari Republik Rakyat Tiongkok (RRT) di Indonesia harus banyak melibatkan pekerja lokal.
"Kita sangat senang investasi RRT banyak berinvestasi di Indonesia, tetapi jangan sampai investasi RRT di Indonesia justru merugikan tenaga kerja dalam negeri. Para pekerja lokal seolah tersingkir oleh pekerja asing," kata Bambang saat menerima Duta Besar RRT untuk Indonesia Xiao Qian di ruang kerja Ketua DPR, Jakarta, Rabu, seperti dikutip dalam siaran persnya.
Pekerja dari RRT yang didatangkan ke Indonesia pun diharapkan memiliki klasifikasi khusus yang kemampuannya tidak dimiliki pekerja Indonesia.
Ia menekankan serbuan tenaga kerja asing ke Indonesia jangan sampai menggerus lapangan kerja dalam negeri.
Bamsoet, sapaan Bambang Soesatyo, mengemukakan, saat ini banyak pekerja asal RRT bekerja di berbagai bidang. Mulai dari buruh, pekerja infrastruktur hingga pekerjaan yang mengandalkan kekuatan fisik lainnya, padahal di sektor itu masih banyak masyarakat Indonesia yang membutuhkan pekerjaan.
"Proyek-proyek RRT di Indonesia harus bisa banyak menyerap tenaga kerja Indonesia. Boleh saja mendatangkan pekerja dari RRT, tetapi dengan klasifikasi khusus yang kemampuannya tidak dimiliki pekerja Indonesia," tegas Bamsoet.
Dalam kesempatan yang sama mantan Ketua Komisi III ini berharap hubungan kerja sama antara Indonesia dan RRT terus meningkat di berbagai sektor. Kualitas hubungan yang seimbang dan saling menghormati antara kedua negara harus terus dikembangkan.
"Indonesia dan RRT merupakan dua negara besar di dunia. Hubungan yang ada tidak sebatas membahas hubungan bilateral saja, tetapi juga isu kawasan dan dunia. Saya senang hubungan bilateral antara Indonesia dan RRT terus membaik dari tahun ke tahun," ucapnya.
Di bidang ekonomi, kata Bamsoet, hubungan Indonesia-RRT terus mengalami peningkatan. Nilai perdagangan antara Indonesia dan RRT pada tahun 2017 mencapai?63,358 miliar dolar AS. Jumlah tersebut meningkat 17 persen dibanding tahun 2016, yaitu 47,59 miliar dolar AS.
"Peningkatan nilai perdagangan ini membuktikan kedua negara memiliki hubungan yang berkelanjutan dalam kerja sama ekonomi. Perdagangan yang saling menguntungkan dan seimbang harus lebih kita tingkatkan lagi," kata Bamsoet.
Ia mengatakan, di bidang investasi RRT masuk dalam tiga besar negara yang memiliki invetasi tinggi di Indonesia. Nilai investasi RRT di Indonesia pada tahun 2017 mencapai 3,4 miliar dolar AS dalam 1.977 proyek. Investasi tersebut naik dari tahun sebelumnya, sebesar 2,66 miliar dolar AS.
"Investasi RRT telah merambah keberbagai sektor, antara lain pertambangan, transportasi, konstruksi, real estate, perkebunan, pembangkit listrik dan pembangunan smelter nikel. Kita harapkan ke depan untuk peningkatan investasi bisa dilakukan dengan menyinergikan konsep pembangunan, seperti pembangunan poros maritim nasional," paparnya.
Bamsoet menambahkan, di bidang pariwisata jumlah turis dari RRT menempati peringkat pertama dengan jumlah lebih dari dua juta orang pada tahun 2017. Jumlah tersebut naik dari tahun 2016, sebanyak 1.304.760 orang.
"Kita senang angka wisatawan RRT yang berkunjung ke Indonesia lebih dari dua juta orang pada tahun lalu. Indonesia memiliki banyak tempat wisata yang indah dan eksotis. Kami harap pihak kedutaan besar RRT bisa terus mempromosikan Indonesia agar makin banyak wisatawan dari RRT yang berkunjung ke negara kami," ujarnya.
Pertemuan antara Bamsoet dan Duta Besar RRT tersebut turut dihadiri Wakil Ketua DPR Utut Adianto, Wakil Ketua Komisi I DPR Satya Widya Yudha dan Asril Tanjung serta anggota Komisi III DPR Ahmad Sahroni. Dari Kedubes RRT hadir Kepala Bagian Politik Wang Shikun, Atase bidang Politik Zhu Yarong, serta penasehat bidang politik Xu Hangtian.
Baca juga: Produsen lokomotif Tiongkok jajaki proyek di Indonesia
Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2018