Jakarta (ANTARA News) - PT Pegadaian (Persero) melihat puncak tren permintaan pembiayaan melalui gadai akan terjadi saat awal bulan Puasa atau awal Ramadhan yang umumnya digunakan untuk modal usaha.
Direktur Utama PT Pegadaian, Sunarso, di Kantor Pegadaian cabang Kebayoran Baru, Jakarta, Selasa (17/4), mengatakan sekitar 90 persen produk yang digadaikan masyarakat adalah emas untuk dicairkan sebagai modal usaha.
"Awal bulan puasa untuk modal biasanya. Meski itu bulan Puasa, tapi `demand` makanan dan minuman naik, maka orang butuh modal kerja dan mereka datang ke Pegadaian," kata Sunarso.
Tren permintaan gadai akan turun sekitar H-7 Lebaran karena masyarakat telah memiiki dana hasil usahanya dan menebus emas yang digadaikan.
Setelah Lebaran, tren gadai akan kembali meningkat karena masyarakat yang ingin kembali menjalankan usahanya, tentu membutuhkan modal bisnis dan kembali menggadaikan emasnya.
Ia menjelaskan model bisnis yang dilakukan Pegadaian ini tentunya tidak sekadar untuk mencairkan dana jika seseorang membutuhkan dana mendesak, namun juga mendukung usaha mikro, kecil dan menengah.
Baca juga: Pegadaian remajakan seribu outlet melalui program Padat Karya Tunai
Baca juga: Ingin berbisnis? Pegadaian sedang perlu 6.000 agen gadai
Baca juga: Hadir sudah pegadaian digital tanpa bunga
Menurut dia, peningkatan nilai transaksi bisa mencapai 2-4 persen, jika melihat pada musim Lebaran sampai Hari Raya Idul Fitri tahun lalu.
Sementara itu pada hari normal, Pegadaian melayani sekitar 125 ribu transaksi per hari di seluruh outlet Pegadaian dengan nilai rata-rata Rp5 juta sampai Rp6 juta setiap transaksi.
Sunarso berharap tren gadai menjelang Ramadhan dan setelah Lebaran tahun ini meningkat dari tahun lalu terutama jika melihat pada kondisi makro global di mana harga komoditas dan harga minyak mengalami kenaikan.
"Harga minyak naik kadang-kadang baik juga, karena harga komoditas kan naik dan memicu pertumbuhan. Pegadaian itu `follow growth` juga. Ekonomi bagus, Pegadaian juga bagus," kata dia.
Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2018