Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa sore, bergerak menguat tipis sebesar dua poin menjadi Rp13.764 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.766 per dolar AS.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Selasa mengatakan mata uang di negara berkembang bergerak stabil, termasuk rupiah di tengah pertimbangan pelaku pasar bahwa konflik di Suriah tidak akan menjadi lebih luas.
"Namun, investor tetap berhati-hati sehingga pergerakan di pasar keuangan cenderung mendatar," katanya.
Di sisi lain, lanjut dia, pelaku pasar keuangan di dalam negeri juga bereaksi positif terhadap data neraca perdagangan Indonesia yang mengalami surplus. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa pada Maret 2018, neraca perdagangan Indonesia mengantongi surplus senilai 1,09 miliar dolar Amerika Serikat (AS), setelah pada periode Januari dan Februari 2018 mengalami defisit.
Chief Market Strategist FXTM, Hussein Sayed mengatakan bahwa pergerakan mata uang yang relatif stabil menunjukan pelaku pasar uang yang tidak terlalu khawatir terhadap konflik geopolitik di Suriah.
"Reaksi pasar valas yang tidak terlalu besar menunjukkan kelegaan investor dan perkiraan konflik tidak akan semakin menjadi besar," katanya.
Ia menambahkan bahwa harga minyak mentah dunia yang stabil juga memberi isyarat kelegaan di pasar. Terpantau, harga minyak mentah jenis WTI Crude pada berada di posisi 66,15 dolar AS per barel. Sementara minyak mentah jenis Brent Crude di posisi 71,33 dolar AS per barel.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Selasa (17/4) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah ke posisi Rp13.770 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.766 per dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018