Jakarta (ANTARA News) - Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Joseph R. Donovan Jr. menyatakan pemerintahnya menduga Rusia telah membantu memusnahkan bukti-bukti penggunaan zat kimia berbahaya dalam serangan militer Suriah di Kota Douma, Ghouta, pekan lalu.
Dugaan itu diperkuat oleh langkah Rusia yang melarang tim pencari fakta independen bentukan PBB dari Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) untuk masuk ke Douma.
"Kami sangat cemas mereka (Rusia) sudah menghilangkan bukti-bukti penggunaan senjata kimia di sana," kata Donovan kepada wartawan di Jakarta, Selasa.
Meski demikian, Donovan mengingatkan bahwa sudah banyak video dan foto beresolusi tinggi yang menunjukkan secara nyata penderitaan warga Douma, seperti foto orang-orang dengan mulut berbusa atau video yang menunjukkan secara jelas tanda-tanda eksternal tubuh mereka.
Para dokter dan tenaga medis juga mengungkapkan telah merawat pasien yang menunjukkan gejala-gejala akibat paparan gas sarin.
AS juga mengklaim memiliki bukti helikopter buatan Rusia yang dioperasikan angkatan bersenjata Suriah terlihat terbang di atas Douma saat serangan terjadi. Bom-bom drum yang dijatuhkan oleh helikopter tersebut secara rutin digunakan otoritas pimpinan Bashar al-Assad untuk melawan rakyatnya sendiri, Donovan melanjutkan.
Baca juga: Rahasia Trump tidak ngawur ketika Barat merudal Suriah
"Semua fakta tersebut menunjukkan bahwa insiden ini bukan berita bohong. Ini nyata adalah serangan senjata kimia yang dilakukan pemerintah Suriah terhadap rakyatnya sendiri," ujar Donovan.
Tim OPCW akan mengumpulkan sampel bukti serangan senjata kimia, mewawancarai saksi, dan mencari dokumen-dokumen untuk memastikan Suriah menggunakan senjata kimia di Douma yang menewaskan sedikitnya 70 orang pada 7 April lalu.
Seperti penyelidikan sebelumnya, OPCW hanya mencari tahu apakah senjata kimia telah digunakan, bukan menentukan siapa pelakunya.
Menurut sumber diplomatik kepada Reuters, bukti-bukti kemungkinan telah dihapus oleh Rusia ketika tim OPCW menegosiasikan akses memasuki Douma. Rusia dan Suriah sama-sama membantah telah menggunakan senjata kimia.
AS dan dua sekutunya, Inggris dan Prancis, telah menyimpulkan bahwa Suriah kembali menggunakan senjata kimia meskipun pada 2013 berjanji akan memusnahkannya. Karena itu, AS melancarkan serangan ke fasilitas-fasilitas yang diyakini tempat mengembangkan senjata kimia Suriah pada Sabtu (14/4).
Utusan Inggris untuk OPCW mengaku telah mencatat 390 tuduhan penggunaan senjata kimia di Suriah sejak 2014. Menurut Inggris, kegagalan OPCW dalam bertindak akan membiarkan penggunaan senjata kimia yang barbar semakin berlanjut di Suriah.
Baca juga: Putin kepada Barat: serang lagi Suriah = kacaukan dunia
Pewarta: Yashinta Difa
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2018