Washington (ANTARA News) - Korea Utara (Korut) memberitahu AS bahwa pihaknya telah menutup sebuah reaktor nuklir sebagai bagian dari satu perjanjian perlucutan senjata, kata Departemen Luar Negeri (Deplu) AS, Sabtu waktu setempat (Minggu WIB), setelah sebuah tim pemeriksa nuklir PBB tiba di Pyongyang. "Kami menyambut baik perkembangan ini dan akan memverifikasi dan memantau penutupan ini dengan tim Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) yang tiba di" di Korut, kata Jurubicara Deplu AS, Sean McCormack, sebagaimana dilaporkan Reuters. Korut pekan lalu mengatakan pihaknya akan mempertimbangkan penghentian operasi fasilitas-fasilitas nuklirnya segera setelah menerima kiriman pertama minyak dari Korea Selatan (Korsel) sesuai dengan perjanjian perlucutan senjata 13 Februari. Satu kapal tangki minyak yang mengangkut 6.200 ton bahan bakar minyak tiba Sabtu di pelabuhan Sonbong, Korut timurlaut, kata Kementerian Unifikasi di Seoul. McCormack mengatakan para perunding AS akan melakukan langkah selanjutnya perjanjian 13 Februari, di mana Korut " berjanji akan mengumumkan seluruh program nuklirnya dan menghentikan aktivitas semua fasilitas nuklirnya yang ada." Korut melakukan ujicoba nuklirnya yang pertama Oktober 2006. Pengumuman tentang penutupan fasilitas nuklir Yongbyon , yang dibuat dalam pernyataan dua paragrap, muncul pada hari yang sama kedatangan satu tim dari IAEA di Pyongyang. Ketua tim IAEA sebelumnya di Beijing mengatakan mereka akan langsung ke Yongbyon, yang terletak di utara Pyongyang, Sabtu, untuk memulai kerja di kompleks itu, yang memproduksi plutonium untuk bahan senjata. Tim dari 10 ahli adalah yang pertama kembali untuk memantau penutupan itu setelah 4,5 tahun absen. Dirjen IAEA Mohamed ElBaradei mengatakan diperlukan waktu satu bulan untuk memasang peralatan pemantauan. "Saya sangat optimis bahwa ini adalah satu langkah yang baik dan arah yang tepat. "Kami, bersama dengan semua enam mitra kami , tetap berjanji dengan kuat untuk menjadikan semenanjung Korea bebas dari senjata nuklir." Perundingan enam negara menurut rencana akan dimulai kembali di Beijing, Rabu, katanya. Perundingan-perundingan itu, di mana Korut ikut serta bersama dengan AS, Korsel, China, Jepang an Rusia diperkirakan akan merencanakan tahap tahap berikutnya proses perlucutan senjata. Lima negara lain berjanji akan memberikan bantuan ekonomi besar-besaran dan hubungan diplomatik yang lebih baik jika Korut menghentika program senjata nuklirnya. "Kelancaraan dari sisa operasi itu akan sangat tergantung pada bagaimana kemajuan akan dicapai dalam perundingan enam negara itu," kata ElBaradei. "Itu akan akan memakan proses panjang." Perunding nuklir AS Christopher Hill, yang mengunnjungi Jepang, mengemukakan kepada media Jepang ia mengharapkan Korut akan mengeluarkan satu daftar semua fasilitas nuklirnya dalam pekan-pekan atau bulan mendatang," kata Hill, yang dikutip kantor berita Kyodo dari kota wisata Hakone. Pada tahun 2002, AS menuduh Korut mengoperasikan secara sembunyi-sembunyi program pengayaan uranium yang melanggar perjanjian pembekuan nuklir tahun 1994. Pada Desember 2002, Korut mengusir para pemeriksa IAEA dan mengatakan pihaknya akan memulai kembali aktivitas reaktornya. (*)

Copyright © ANTARA 2007