New York (ANTARA News) - Kurs dolar AS melemah pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), karena para investor terus memantau ketegangan geopolitik di Timur Tengah, menyusul serangan udara pimpinan AS terhadap Suriah akhir pekan lalu.
Indeks dolar, yang melacak greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, turun 0,40 persen menjadi 89,439 pada akhir perdagangan.
Amerika Serikat, bersama dengan sekutunya Inggris dan Prancis, meluncurkan serangan rudal terhadap posisi militer Suriah pada Sabtu pagi (14/4), menyebabkan kebingungan reaksi beragam di Timur Tengah.
Para analis mengatakan kekhawatiran meningkatnya konflik di Suriah berkurang setidaknya untuk saat ini, yang merupakan alasan mengapa para investor mengurangi kepemilikan "safe haven" dari greenback dan membeli aset-aset berisiko seperti saham.
Di bidang ekonomi, perkiraan awal penjualan ritel dan jasa makanan AS untuk Maret mencapai 494,6 miliar dolar AS, naik 0,6 persen dari bulan sebelumnya dan mengalahkan konsensus pasar, Departemen Perdagangan mengumumkan pada Senin (16/4).
Sementara itu, aktivitas bisnis tumbuh pada kecepatan kuat di negara bagian New York, menurut perusahaan-perusahaan yang menanggapi Survei Manufaktur Empire State pada April 2018.
Indeks kondisi bisnis umum utama, di 15,8, tetap kuat di wilayah positif, meskipun mencatat penurunan tujuh poin dari level Maret, menunjukkan laju pertumbuhan yang agak lebih lambat.
Pada akhir perdagangan New York, euro naik menjadi 1,2377 dolar AS dari 1,2334 dolar AS di sesi sebelumnya, dan pound Inggris meningkat menjadi 1,4328 dolar AS dari 1,4243 dolar AS di sesi sebelumnya. Dolar Australia naik menjadi 0,7778 dolar AS dari 0,7761 dolar AS.
Dolar AS dibeli 107,09 yen Jepang, lebih rendah dari 107,46 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS turun menjadi 0,9599 franc Swiss dari 0,9622 franc Swiss, dan turun menjadi 1,2571 dolar Kanada dari 1,2614 dolar Kanada, demikian Xinhua.
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018