"Di Bali yang potensial itu berhubungan dengan konsumen dan pariwisata karena untuk komoditas tidak begitu besar," kata Direktur Utama BEI Tito Sulistio setelah membuka kantor baru perwakilan BEI Denpasar, Minggu.
Menurut Tito, sektor pariwisata di Bali juga berbasis kebutuhan konsumen dengan didukung industri yang sudah terbentuk dan dikenal masyarakat.
Dia menyebutkan, salah satu contohnya kawasan seni dan pariwisata di Desa Celuk, Kabupaten Gianyar, yang banyak berdiri perusahaan perhiasan perak.
Selain itu juga ada daerah yang terkenal dengan kerajinan seni seperti kawasan Ubud di Kabupaten Gianyar.
Begitu juga perusahaan agen perjalanan wisata yang dengan skala besar juga banyak berdiri di Bali sehingga potensi besar untuk melantai di bursa saham.
Dia mengungkapkan perusahaan pariwisata itu mulai dari perusahaan jaringan perhotelan, toko modern, kapal pesiar hingga usaha lainnya.
"Kalau secara legal dan administrasi perusahaan sudah bersih, maka tiga hingga enam bulan perusahaan itu sudah bisa melantai di bursa," imbuhnya.
"Semua konglomerasi di Indonesia karena `go public` mereka jadi besar. Ini persepsi yang sangat penting, jangan menunggu besar dulu baru `go public` tetapi karena `go public` lah perusahaan jadi besar," ucap Tito.
Tito menjelaskan ada lebih dari 30 perusahaan harus melantai di bursa saham diantaranya sarana memobilisasi dana besar jangka panjang sehingga ikut membesarkan perusahaan serta sebagai sarana investasi.
Hingga saat ini sudah ada tiga perusahaan daerah di Bali yang mencatatkan sahamnya di bursa efek yaitu PT Bali Towerindo Sentra Tbk, PT Bukit Uluwatu Villa Tbk, dan PT Island Concepts Indonesia Tbk.
Saat ini sudah ada satu perusahaan lokal dalam proses "go public" yakni Coco Mart, ritel berjaringan yang didirikan oleh pengusaha Nengah Natya.
Saat ini BEI memiliki 29 kantor perwakilan dan 358 galeri yang diharapkan menjadi alat utama meningkatkan literasi pasar modal kepada masyarakat.
Baca juga: Kunjungan wisman ke Bali meningkat 26,35 persen
Pewarta: Dewa Wiguna
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2018