Malang (ANTARA News) - Masalah pengelolaan air minum selama ini dianggap pelik justru menjadi berkah bagi Rachmad Dwi Susilo, dengan menangani masalah air minum, dosen Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini meraih gelar doktor di Hosei University, Jepang.
Dalam disertasinya, Racmad mengupas tuntas masalah pengelolaan air minum yang sering menjadi persoalan pelik. "Selama ini pemerintah lebih condong ke arah `Government Center`, padahal seharusnya setiap elemen masyarakat dilibatkan baik dalam mengambilan keputusan kebijakan publik maupun dalam menjaga keasrian lingkungan," kata Rachmad, di Malang, Jawa Timur, Sabtu.
Ia mengemukakan masyarakat harus memperlambat degradasi lingkungan di sekitar dan berkontribusi penuh terhadap penyelamatan lingkungan, karena sejatinya sosiologi adalah untuk masyarakat.
Di Hosei University, Rachmad mengambil Jurusan Social Governance di Fakultas Public Policy and Social Governance. Disertasi dengan judul "Sociological Study on Grassroots Conservation Movement After Reformation Era" itu mengambil riset lapangan di Desa Bumiaji, Kota Batu.
Pengelolaan air minum yang ditawarkan dalam riset lapangannya adalah berbasis komunitas. Bersama-sama dengan masyarakat, Rachmad merangkul semua golongan untuk menjadi stakeholders (pemangku kepentingan) di daerahnya.
Tindak lanjut hasil disertasinya, Rachmad ingin membangun sebuah kekuatan lingkungan berbasis amar makruf nahi munkar. "Baik buruk lingkungan tergantung seberapa jauh kita melakukan amar makruf. Amar makruf yang kami maksud adalah penghijauan, penanaman pohon, buang sampah pada tempatnya, daur ulang, dan mengurangi penggunaan zat-zat yang dapat merusak lapisan ozon," ujarnya lagi.
Menurut Rachmad, amar makruf saja tidak cukup karena banyak sekali orang yang mengeksploitasi lingkungan. Untuk itu, semua pihak perlu nahi munkar, yaitu mencegah agar kebijakan-kebijakan yang dibuat pro-lingkungan.
Berawal dari perkenalannya dengan dua profesor asal Jepang, Aoki Takenobu PhD dan Prof Ikeda Kanji ketika sedang mengambil magister di Yogyakarta pada tahun 2008, Rachmad kemudian mendapatkan rekomendasi dari keduanya untuk melanjutkan studi di Jepang melalui Ronpaku Program dari Japan Society for The Promotion of Science (JSPS).
Ronpaku program adalah salah satu program beasiswa yang ditawarkan Jepang kepada mahasiswa asing untuk menyelesaikan disertasi di salah satu universitas di Jepang yang sudah ditunjuk oleh JPSS.
"`Saya kuliah S3 sejak 2014 dan lulus tahun 2018," ucapnya.
Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018