Jakarta (ANTARA News) - Tim Ekonomi menyatakan sektor riil hingga akhir tahun 2007 diperkirakan menunjukkan pertumbuhan positif, menyusul membaiknya gambaran sektor ini hingga semester I tahun ini. "Sektor riil sudah mulai bangkit yang tercermin dari berbagai indikator baik makro maupun per sektor," kata Menko Perekonomian Boediono, kepada pers usai Rapat Terbatas dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, di Kantor Presiden, Jumat sore. Boediono didampingi tim ekonomi lainnya yaitu Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, dan Ketua Badan Pusat Statistik Rusman Heriawan. Menurut dia, dengan pertumbuhan sektor riil tersebut diprediksi dapat mendorong pertumbuhan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) selama kuartal II, naik dibanding kuartal I. Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani menjelaskan, indikasi membaiknya sektor riil juga terlihat dari peningkatan penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang hingga akhir tahun bisa diperkirakan lebih tinggi dari rata-rata tingkat inflasi 6 persen. "Kalau didasarkan sektor, maka hampir semua sektor memiliki pertumbuhan PPh dan PPN yang kuat, paling tidak menunjukkan kenaikan double digit pada 2007," ujar Sri Mulyani. Sektor konstruksi, pertumbuhan PPhnya mencapai 30 persen, sedangkan untuk PPN tumbuh 39,2 persen. Sektor perdagangan, hotel dan restoran PPh tumbuh 25,8 persen, PPN 27,4 persen. Sektor pengangkutan dan komunikasi PPh-nya tumbuh 35,4 persen, meski PPN agak rendah tumbuh sebesar 3,4 persen. Sektor-sektor lain yang berhubungan dengan sektor primer misalnya, pertanian, pertambangan, dan pertambangan migas maupun non migas juga menunjukkan pertumbuhan yang baik, atau bahkan di atas 10 persen. "Industri pengolahan yang selama ini dianggap sebagai tempat menciptakan lapangan kerja juga mengalami peningkatan cukup besar dimana PPh-nya naik 10,4 persen, sedangkan PPN-nya naik 12,4 persen," ujar Sri Mulyani. Demikian halnya dengan industri pengolahan seperti industri makanan dan minuman yang PPh-nya tumbuh 19,5 persen dari sebelumnya pertumbuhannya tercatat negatif. Selanjutnya industri tekstil PPh-nya tumbuh 6,3 persen, dari periode sebelumnya masih minus 1,2 persen. Tahun lalu kata Sri Mulyani, industri logam minus 6,7 persen, namun tahun ini ini sudah positif 8,9 persen. Industri elektronika yang tahun lalu minus 13,6 persen, tahun ini naik 8,7 persen itu PPh-nya. Sedangkan industri motor yang tahun lalu minus 30 persen, tahun ini sudah positif 16 persen. Dari sisi perbankan, lanjut Sri Mulyani, pertumbuhan sektor riil juga didukung besarnya kredit perbankan yang sampai dengan Juni 2007 mencapai sekitar Rp35 triliun, atau melonjak tajam dari periode Mei 2007 yang masih tercatat sekitar Rp15 triliun. "Pertumbuhan kredit perbankan sudah terjadi sejak Agustus 2006. Sekali lagi ini menandakan telah terjadi pemulihan sektor riil yang semakin nyata," ujar Sri Mulyani. Dijelaskannya, membaiknya sektor riil juga dapat dipetakan dari penggunaan belanja barang modal Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mengalami pertumbuhan hingga 22 persen.Menko Perekonomian menjelaskan, meski sektor riil menunjukkan perkembangan yang positif, Presiden mengarahkan agar stabilitas ekonomi dimantapkan khususnya menyangkut kebutuhan pokok bagi masyarakat. "Presiden menginginkan agar semua mencermati jangan sampai terjadi kenaikan bahan-bahan pokok di masa depan yang tidak terduga," ujarnya. Presiden juga meminta agar hambatan-hambatan dalam proses investasi dapat diatasi, dihilangkan sehingga mampu menciptakan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi yang ujung-ujungnya dapat menciptakan lapangan kerja dan pengurangan kemiskinan. "Beliau juga memberikan arahan mengenai pembangunan di daerah khususnya penggunaan APBD di daerah. Presiden ingin pemerintah daerah seirama dengan pemerintah pusat dan saling melengkapi untuk mendorong dan menstimulasi pertumbuhan ekonomi," katanya. Presiden Yudhoyono diutarakannya, menyayangkan adanya beberapa daerah yang tidak memanfaatkan dana yang sudah diterima untuk pembangunan daerah, tapi masih saja disimpan dalam bentuk surat berharga Sertifikat Bank Indonesia, dan Surat Utang Negara (SUN). Presiden juga menyoroti jumlah APBN 2008 yang makin besar, agar alokasi anggarannya tepat sasaran. "Beliau mengingatkan agar alokasi anggaran tepat sasaran, jadi pengeluaran ini harus benar-benar dijaga. Jumlahnya meningkat tapi kualitasnya juga tepat sasaran dan efisien, jadi setiap rupiah harus mencapai sasaran yang di inginkan," katanya menambahkan. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007