Bangkok (ANTARA News) - Militer Thailand , Jumat, mengatakan bahwa pihaknya menahan 342 warga Muslim termausk tujuh wanita dalam operasi-operasi di wilayah selatan , salah satu dari rangkaian penanahan terbesar dalam lebih dari tiga tahun aksi kekerasan separatis. Kelompok hak asasi manusia mengecam tindakan itu, dan mengatakan para tahanan itu kemungkinan disiksa oleh tentara, yang sedang melakukan operasi di bawah hukum darurat yang menjamin tentara kebal dari penuntutan. Para tahanan itu dibawa untuk diperiksa ke lima kamp tentara di empat provinsi selatan di mana lebih 2.300 orang tewas dalam tiga tahun pemberontakan. Jurubicara militer Kolonel Acra Tiproch dalam sebuah pernyataan mengatakan para tahanan itu , yang dapat ditahan tanpa tuduhan selama 28 hari sesuai dengan undang-undang keamanan darurat, akan dibebaskan jika tidak terbukti terlibat dalam aksi kekerasan. Sejak memangku jabatan tahun lalu setelah kudeta tidak berdarah, PM Surayud Chulanont menolak tekanan dari mayoritas Buddha Thailand untuk mengambil tindakan yang lebih keras di wilayah Muslim yang menggunakan bahasa Melayu , dengan mengatakan ia tetap berjanji untu mengusahakan satu penyelesaian damai. Ia meminta maaf atas kebijakan keras orang yang digantikannya, Thaksi Shinawatra dan berjanji menahan diri dalam nenangani aksi kekerasan itu. Tapi ia tidak banyak berhasil ketimbang Thaksin dalam mengurangi aksi kekrasan di wilayah itu, yang adalah bekas kesultanan Muslim yang dicaplok oleh Thailand seabad lalu, demikian laporan AFP. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007